Vol. 3, No. 2, Juli 2022
p-ISSN 2798-4125;e-ISSN 2798-4311
68 glosains.greenpublisher.id
Meskipun data penjualan November 2019 sebagaimana Tabel-2, hanya mencatat
data penjualan sampai dengan dua minggu pertama. Namun total penjualan di bulan
November tersebut mendekati total penjualan Oktober 2019 (sebelumnya). Hal ini
menunjukkan, bahwa aplikasi Instagram yang telah diajarkan berpengaruh dalam
meningkatkan penjualan UMKM (Purwana, Rahmi, & Aditya, 2017).
Meskipun peningkatan tersebut tidak merata untuk semua toko para peserta.
Sebagaimana Facebook pada Training-1, maka kunci sukses menggunakan Aplikasi
Instagram (IG) banyak ditentukan oleh beberapa factor: Kebiasaan ber-Media Sosial
sebelumnya, Kreativitas dan Keberanian mencoba untuk masuk ke dunia internet , dan
kemauan untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Sosial Media (Customer Intimacy)
Kesimpulan
Menurunnya omset pelaku usaha UMKM di berbagai Mal disebabkan oleh beberapa
factor, salah satunya oleh keberadaan bisnis secara online. Bisnis Fashion dan asesori salah
satu bidang yang paling banyak dipengaruhi oleh berkembangnya bisnis online di Internet.
Produk Fashion yang punya karakteristik tahan lama mudah serta murah jika dikirimkan
dari jarak jauh ke lokasi manapun. Selain itu, mayoritas konsumen online adalah para
konsumen generasi muda milenial, yang HP sudah menjadi bagian dari aktivtasnya,
termasuk dalam berbelanja.
Oleh karena itu, UMKM di “Cimahi Mall” perlu diberdayakan dengan berbagai
program kegiatan PKM dan Pelatihan mengenai bisnis online ini. Pelatihan mengenai
konsep “Digital Marketing” dengan pendekatan yang praktis menjadi penting. Latihan
praktek menggunakan Sosial Media sebagai sarana Promosi seperti menggunakan
Facebook (FB) dan Instagram (IG), dua aplikasi sosmed yang popular di Indonesia menjadi
kunci sukses meningkatkan kembali penjualan mereka.
Meskipun Peserta dalam PKM ini belum mewakili jumlah tenan (toko) di Cimahi
Mall yang jumlahnya saat ini 120 toko. Namun, Peserta yang ikut terbukti meningkat
pemahamannya tentang dunia bisnis online dan kompetensi didalam menggunakan Social
Media, khususnya untuk bisnis. Sebelum training-1 dilakukan, pemahaman mereka
terhadap Konsep Dasar Digital Marketing dan Facebook untuk Promosi hanya sebesar
52%. Setelah mengikuti Pelatihan, naik menjadi 61%. Kemudian setelah sebulan dilakukan
kegiatan konsultatif (Pendampingan) dengan mendatangi toko-toko para Peserta tersebut,
tampak dari data rata-rata penjualan mereka meningkat sebesar 28%.
Sedangkan training kedua yang mengajarkan pemakaian Instagram untukl bisnis.
Maka rata-rata pemahaman Peserta sebelum training sudah cukup tinggi, yaitu sebesar 67%
(Pre-Test). Setelah dilakukan Training-2, maka rata-rata pemahaman peserta kemudian
meningkat menjadi 71%. Peningkatan pemahaman untuk Pelatihan Instagram tidak terlalu
besar. Beberapa faktor yang mempengaruhinya adalah, sebagian Peserta sudah mengenal
Instagram. Beberapa pelaku usaha UMKM di “Cimahi mall” ini, khususnya yang berusia
muda, telah menjalankan Instagram for Business sejak lama. Akan tetapi, mayoritas peserta
yang berusia lebih tua baru mengenal materi Instagram untuk promosi pasa saat menghadiri
pelatihan.
Jadi, dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa ketimpangan pemahaman dan
ketrampilan yang cukup tajam tersebut dipengaruhi oleh factor umur. Rata-rata Peserta
yang telah berusia diatas 40 tahun, tingkat penguasaannya dan keinginannya terhadap
pemanfaatan Instagram untuk Bisnis mereka masih dibawah 60%.Bahkan beberapa
diantaranya belum menjalankannya di dunia ril. Sebaliknya, Peserta muda dibawah usia
30 tahun, tingkat penguasaanya sudah diatas 60% dan langsung mempraktekkannya.
Penelitian dari Trainggono W (2016), menujukkan bahwa efektivitas penggunaan
aplikasi “Instagram for Business” (dikatakannya sebagai: “Level of Adoption”),