Vol. 3, No. 2, Juli 2022
p-ISSN 2798-4125;e-ISSN 2798-4311
glosains.greenpublisher.id
79
ANALISIS UNSUR LOGAM BERAT KADMIUM PADA KERANG
DARAH DI PASAR TRADISIONAL KOTA LHOKSEUMAWE
Amir Ahnaf Falih Harahap, Khairunnisa, Vera Novalia
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh Lhokseumawe
Diterima:
25 Juni 2022
Direvisi:
10 Juli 2022
Disetujui:
12 Juli 2022
Abstrak
Banyaknya industri yang tumbuh dan berkembang di kota
Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara dapat mempengaruhi
kondisi lingkungan perairan di sekitarnya, umumnya cemaran
logam berat. Salah satu jenis logam berat yang berbahaya bagi
tubuh adalah kadmium (Cd), logam berat kadmium (Cd) dapat
terakumulasi di dalam tubuh organisme yang hidup di dalam air
seperti udang, kerang-kerangan, dan ikan. Jika kerang yang
mengandung kadmium (Cd) dikonsumsi oleh manusia, maka
akan berdampak buruk bagi kesehatan yang menyebabkan
gangguan pada sistem saraf, tulang, saluran pencernaan,
kardiovaskular, sistem reproduksi dan ginjal. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui kadar kadmium yang terkandung pada
kerang darah (Anadara granosa) yang beredar di kota
Lhokseumawe secara kuantitatif. Metode penelitian ini
deskriptif dengan true experimental laboratory. Kandungan
kadmium diukur dengan spektrofotometri serapan atom dan
hasilnya dibandingkan dengan peraturan yang ditetapkan oleh
SNI No. 7387:2009 (≤1,0 mg/kg). Hasil analisis kuantitatif
kandungan logam kadmium (Cd) pada kerang darah di 5 (lima)
pasar Kota Lhokseumawe menunjukkan kadar kadmium (Cd)
tertinggi adalah 0,740 mg/kg dan terendah adalah 0,365 mg/kg
dengan nilai rata-rata 0,569 mg/kg. Dari hasil penelitian anlisis
kandungan (Cd) pada kerang darah di pasar tradisional kota
Lhokseumawe menunjukkan kadar (Cd) pada kerang darah
masih dibawah ambang batas SNI No. 7387:2009 (≤1,0 mg/kg)
dan dalam status layak dikonsumsi.
Kata kunci: Logam kadmium (Cd), Anadara granosa,
Spektrofotometri Serapan Atom.
Abstract
The number of industries that grow and develop in the city of
Lhokseumawe and North Aceh Regency can affect the
environmental conditions of the surrounding waters, generally
heavy metal contamination. One type of heavy metal that is
harmful to the body is cadmium (Cd), heavy metal cadmium
(Cd) can accumulate in the bodies of organisms that live in
water such as shrimp, shellfish, and fish. If shellfish containing
cadmium (Cd) is consumed by humans, it will have a negative
impact on health that causes disturbances to the nervous system,
bones, digestive tract, cardiovascular, reproductive system and
kidneys. The purpose of this study was to determine the levels of
Analisis Unsur Logam Berat Kadmium Pada Kerang Darah Glosains: Jurnal
di Pasar Tradisional Kota Lhokseumawe
Global Indonesia
Amir Ahnaf Falih Harahap, Khairunnisa, Vera Novalia
80
cadmium contained in blood clams (Anadara granosa)
circulating in the city of Lhokseumawe quantitatively. This
research method is descriptive with a true experimental
laboratory Cadmium content was measured by Atomic
Absorption Spectrophotometry and the results are compared
with the regulations stipulated by SNI No. 7387:2009
(≤1,0mg/kg). The results of a quantitative examination of the
metal content of cadmium (Cd) in blood clams in 5 (five)
markets in Lhokseumawe City showed the highest cadmium (Cd)
level was 0.740 mg/kg and the lowest was 0,365 mg/kg with an
average value of 0.569 mg /kg . From the results of the analysis
of the content (Cd) of blood clams in the traditional market of
Lhokseumawe, it shows that the levels of (Cd) in blood clams
are still below the threshold of SNI No. 7387:2009 ( ≤1,0mg/kg)
and in a status fit for consumption.
Keywords: Cadmium metal (Cd), Anadara granosa, Atomic
Absorption Spectrophotometry.
Pendahuluan
Logam berat adalah salah satu sumber polutan yang sering ditemukan terutama di
wilayah perarian diantaranya disebabkan oleh limbah industri, perkebunan, pertanian,
rumah tangga dan perkotaan. Logam kadmium (Cd) merupakan jenis logam dimana
memiliki sifat yang toksik bagi organisme perairan maupun manusia meskipun dalam kadar
rendah.
Logam kadmium (Cd) yang masuk ke dalam perairan kemudian mengendap pada
sedimen. Selain itu, logam kadmium (Cd) yang berada pada perairan maupun pada sedimen
akan terakumulasi dengan organisme perairan (Hasyim, 2016)..
Salah satu logam berat yang banyak mencemari perairan laut yaitu logam kadmium
(Cd). Kadmium (Cd) merupakan salah satu logam berat yang tinggi akan toksisitas dan
resikonya jika terdapat pada tubuh manusia terutama pada pembuluh darah. Kadmium
sangat berpengaruh terhadap manusia dengan jangka waktu yang cukup panjang dan dapat
terakumulasi pada tubuh manusia khususnya pada ginjal dan hati (Kartikasari, 2016).
Logam kadmium (Cd) sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup mikroorganisme
terutama pada manusia yang sering mengkonsumsinya dikarenakan logam ini bersifat
toksik. Jika konsentrasi dan komposisi logam kadmium (Cd) dalam suatu perairan tinggi
atau melebihi ambang batas, maka dapat dipastikan kalau perairan tersebut tercemar. Hal
ini dikarenakan sifat logam di ekosistem dapat terkontaminasi dan terakumulasi pada
perairan baik itu kerang, tiram dan ikan.
Terdapat suatu kasus dimana terdapat keracunan kronis untuk kadmium (Cd) yang
pernah terjadi di wilayah Tamoya (salah satu wilayah di Jepang). Dimana sepanjang sungai
Jinzu, penduduk wanita yang berumur 40 tahun keatas terjangkit penyakit yang dinamakan
itai-itai. Dimana penyakit ini menyebabkan melunaknya tulang yang diakibatkan oleh
kurangnya vitamin D yang disebabkan oleh logam berat kadmium (Cd) sehingga
mengakibatkan terjadinya gangguan daya keseimbangan pada kandungan kalsium dan
fosfat dalam ginjal yang juga dikenal dengan osteomalasea atau penyakit itai-itai (Kunsah,
Kartikorini, & Ariana, 2021).
Pencemaran logam berat di perairan Teluk Jakarta pertama kali ditemukan oleh S.
Yatim dkk, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kadar logam berat dalam air di Teluk
Jakarta sudah tergolong tinggi, bahkan di beberapa lokasi seperti muara Angke kadar logam
beratnya cenderung meningkat. Sedangkan menurut hasil penelitian dari (H. Hutagalung &
Vol. 3, No. 2, Juli 2022
p-ISSN 2798-4125;e-ISSN 2798-4311
glosains.greenpublisher.id
81
Razak) dan (H. P. Hutagalung) dalam jurnal Latuconsina di perairan muara Angke
menunjukkan bahwa air laut, udang, kerang-kerangan dan beberapa jenis ikan yang hidup
di muara Angke telah tercemar oleh merkuri (Hg), timbal (Pb) dan kadmium (Cd).
Selanjutnya disebutkan bahwa sumber bahan cemaran tersebut berasal dari kegiatan di
darat, khususnya industri yang membuang limbahnya ke Kali Angke (Rosihan & Husaini,
2017).
Berdasarkan keputusan Menteri negara lingkungan hidup nomor 51 tahun 2004
dalam buku mutu air laut nilai baku mutu kadmium adalah 0,001 mg/l. Terdapat sebuah
penelitian terhadap status kandungan logam berat di perairan pesisir Kabupaten Aceh Utara
dan Kota Lhokseumawe.
Dimana pada tahun 2015 sampai 2016, untuk kadmium (Cd) untuk di bulan Mei
2015 yaitu untuk maksimalnya <0,005 ppm dan minimal <0,002 ppm. Bulan Februari 2016
yaitu maksimal 0,0003 ppm dan minimal 0,0002 ppm. Dan pada bulan Juli 2016 yaitu
maksimal <0,005 ppm dan minimal <0,005 ppm. Logam berat kadmium (Cd) juga dapat
terakumulasi pada biota laut contohnya seperti kerang. Kerang adalah biota yang
berpotensial untuk terkontaminasi dengan logam berat, hal ini dikarenakan mereka hidup
di dalam sedimen (lumpur) sehingga kerang sering digunakan sebagai hewan uji untuk
pemantauan tingkat akumulasi logam berat pada organisme di laut.
Di Indonesia kerang banyak ditemukan di daerah pesisir Sumatera Barat, Selatan,
Nusa Tenggara Timur, Jawa, Selat Malaka, pantai utara Jawa, pantai timur Jawa, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Utara, Bali, Aceh, Kalimantan Barat, Selatan dan Timur, Maluku dan
Papua. Kerang banyak ditemukan pada topografi pantai yang landai sampai kedalaman 20
m. Kerang Darah (Anadara granosa) merupakan jenis kerang-kerangan yang sering di
manfaatkan oleh masyarakat Kota Lhokseumawe sebagai salah satu sumber mata
pencaharian jenis kerang ini memiliki nilai ekonomis tinggi untuk dikembangkan sebagai
sumber protein dan mineral untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat hal ini
membuat daya tarik bagi para konsumen kerang darah sendiri.
Kerang darah bersifat filter feeder yaitu, memperoleh makanan dengan cara
menyaring air, dan memakan sedimen sehingga dapat mengakumulasi logam berat pada air
tersebut dengan jumlah yang sangat tinggi (Falah, Purnomo, & Suryanto, 2018).
Kerang darah dapat tinggal di muara sungai dan mendapatkan asupan limbah yang
cukup besar, tidak hanya limbah rumah tangga tetapi juga limbah industry. Dibandingkan
manusia, kerang darah sangat lebih resisten dengan akumulasi logam berat pada tempat dia
berada. Oleh karena itu, kerang merupakan indikator biologis yang baik untuk melihat
apakah terjadi pencemaran di perairan tersebut (Ali, 2017). Kerang sebagai salah satu biota
air yang dapat dijadikan indikator untuk melihat tingkat pencemaran di dalam suatu
perairan (Triantoro, Suprapto, & Rudiyanti, 2018).
Pada rangka untuk melakukan perlindungan kepada masyarkat, suatu negara
membuat standarisasi batas maksimum cemaran pada suatu produk pangan. Menurut
Badan Standarisasi Nasional untuk Batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan.
Menurut SNI no. 7387 pada tahun 2009, untuk batas maksimum cemaran kadmium (Cd)
dalam pangan untuk kekerangan (bivalve) Moluska dan teripang yaitu sebesar 1,0 mg/kg.
Untuk batas kandungan logam berat Kadmium (Cd) yang dianjurkan oleh ILO/WHO
(1992) bahwa untuk hewan laut atau biota terutama dalam hal ini yaitu kerang yang layak
dikonsumsi oleh masyarakat adalah sebesar 0,1 ppm.
Apabila masyarakat mengkonsumsi kerang yang mengandung unsur logam berat
dalam jumlah yang tinggi, hal ini akan berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat
tersebut (Agustina, 2014). Beberapa unsur logam berat yang umumnya ditemukan pada
kerang yaitu timbal (Pb), kadmium (Cd), tembaga (Cu), dan seng (Zn). Apabila tubuh
Analisis Unsur Logam Berat Kadmium Pada Kerang Darah Glosains: Jurnal
di Pasar Tradisional Kota Lhokseumawe
Global Indonesia
Amir Ahnaf Falih Harahap, Khairunnisa, Vera Novalia
82
manusia terdapat unsur logam berat yang tinggi, hal ini dapat mengakibatkan logam berat
tersebut akan bersenyawa dengan enzim aktif sehingga enzim tersebut menjadi tidak aktif.
Hal ini akan menyebabkan sintesis butir darah merah (Hb) dapat terhambat dan dapat
menimbulkan penyakit anemia.
Keracunan kronis yang dapat terjadi apabila adanya inhalasi kadmium (Cd) dengan
dosis kecil dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan gejala penyakit pada tubuh
manusia berjalan secara kronis (Solihat, 2016). Kadmium dapat menyebabkan
nefrotoksisitas (toksik pada ginjal), yaitu dengan beberapa gejala proteinuria, glikosuria,
dan juga aminoasidura yang disertai dengan penurunan laju filtrasi glomerolus pada ginjal.
SSA (Spektofotometri serapan atom) merupakan salah satu metode analisis kandungan
logam berat berupa kadmium dimana pada pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya
dengan Panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Pitaloka,
2019).
Resiko pencemaran pada Kerang Darah (Anadara granosa) oleh logam berat
terutama pada unsur kadmiun (Cd), serta adanya bahaya bagi kesehatan masyarakat yang
mengkonsumsi kerang tersebut dan terdapat juga metode alat ukur kandungan logam berat
berupa SSA (Spektrofotometri Serapan Atom). Diperlukannya penelitian terhadap
kandungan logam berat, terutama pada unsur Kadmium, (Cd) pada Kerang Darah (Anadara
granosa) yang diperjualbelikan dibeberapa pasar di kota Lhokseumawe. Berdasarkan hasil
penjelasan di atas, maka penelitian ini dibuat dengan judul “Analisis unsur logam berat
kadmium (Cd) pada kerang darah (Anadara granosa) di pasar tradisional kota
Lhokseumawe”.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan uji laboratorium yaitu untuk
menganalisa secara kuantitatif kandungan logam berat kadmium (Cd) pada kerang darah
(Anadara granosa) di pasar tradisional kota Lhokseumawe. Lokasi pengambilan sampel
dilakukan di pasar tradisional kota Lhokseumawe menurut Dinas Perindustrian
Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) kota Lhokseumawe
tahun 2020, yaitu:
1. Pasar kota Lhokseumawe
2. Pasar Inpres kota Lhokseumawe
3. Pasar Cunda kota Lhokseumawe
4. Pasar Punteut kota Lhokseumawe
5. Pasar Batuphat kota Lhokseumawe
Pemeriksaan kadar kadmium pada kerang darah dilakukan di Laboratorium
Pengendalian dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Medan. Dengan
menggunakan kurun waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret 2022 sampai dengan
April.
Hasil dan Pembahasan
Hasil pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium dilakukan dengan menggunakan metode
spektrofotometri serapan atom (SSA) untuk mengetahui hasil kadar kadmium dan nilai
ambang batas cadmium. Pemeriksaan untuk mengetahui kadar kadmium dengan
spektrofotometri dihasilkan dalam bentuk satuan mg/kg. Pemeriksaan untuk mengetahui
nilai ambang batas kadmium menggunakan SNI No. 7387:2009 dengan nilai tidak
melewati ambang batas (≤1,0 mg/kg) atau melewati ambang batas (> 1,0 mg/kg).
Berdasarkan SNI No. 7387:2009, 16 sampel kerang darah tidak melewati ambang batas
atau masih layak dikonsumsi.
Vol. 3, No. 2, Juli 2022
p-ISSN 2798-4125;e-ISSN 2798-4311
glosains.greenpublisher.id
83
Tabel 1 Hasil uji pemeriksaan Cd pada kerang darah di pasar tradisional kota
Lhokseumawe
Konsentrasi kadmium
tertinggi (mg/kg)
Konsentrasi
kadmium
terendah (mg/kg)
Rerata
konsentrasi
kadmium (mg/kg)
0,740
0,661
0,690
0,619
0,542
0,571
0,694
0,365
0,529
0,685
0,389
0,526
0,686
0,388
0,538
(Sumber: Data Primer, 2022)
Tabel 1 menunjukkan konsentrasi kadmium (Cd) tertinggi 0,740 mg/kg terdapat di
pasar Kota dan konsentarsi kadmium (Cd) terendah terendah 0,365 mg/kg terdapat di pasar
Cunda.
Tabel 2 Nilai rerata, median, standar deviasi, maksimum dan minimum kadar Cd
Rerata
Nilai
Tengah
Standar
Deviasi
Maksimum
Minimum
Konsentrasi
kadar Cd (mg/kg)
0,569
0,586
0,12838
0,740
0,365
(Sumber: Data Primer, 2022)
(Sumber: Data Primer, 2022)
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
Rerata
Pasar Kota Pasar Inpres Pasar Cunda Pasar Punteut Pasar Batuphat
Pasar Tradisional di Kota Lhokseumawe
Kadar Kadmium (Cd)
Analisis Unsur Logam Berat Kadmium Pada Kerang Darah Glosains: Jurnal
di Pasar Tradisional Kota Lhokseumawe
Global Indonesia
Amir Ahnaf Falih Harahap, Khairunnisa, Vera Novalia
84
Penelitian ini dilakukan menggunakan spektrofotometri serapan atom (SSA) untuk
menganalisis kadar logam Kadmium (Cd) pada kerang darah (Anadara granosa) yang dijual
di pasar Kota Lhokseumawe. Pada analisis kuantitatif ini digunakan alat SSA karena alat
ini memiliki sifat yang sangat peka terhadap logam berat dalam kadar kecil (< 1 ppm) dan
sangat selektif dibandingkan alat-alat yang lain.
Hasil penelitian logam kadmium secara kuantitatif menunjukkan kadar yang
bervariasi. Nilai rata-rata kandungan kadmium pada sampel yang diuji adalah 0,569 mg/kg
dengan standar deviasi 0,12838 mg/kg. Kadar kadmium tertinggi didapatkan pada sampel
A2 (0,740 mg/kg) tidak melewati ambang batas kadmium sesuai SNI No. 7387:2009. Data
hasil penelitian ini menyatakan bahwa 16 (enam belas) sampel kerang darah tidak melewati
ambang batas yaitu (≤1,0 mg/kg) berasal dari tambak di Meuraksa, Rancong, Panton Labu
dan pesisir kota Lhokseumawe.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Dianah Alyani (2017) Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kadar kadmium dalam kerang darah (Anadara granosa) yang diambil
dari pantai di Bangkalan Pulau Madura adalah 0,0355 ppm. Terdapat pusat industri barang
dari logam mesin di Kabupaten Bangkalan yang diharapkan menjadi faktor tingginya
kandungan kadmium, kadar yang di dapatkan justru masih berada di bawah batas
kandungan logam berat menurut SNI (Standar Nasional Indonesia (SNI), 2009, pada
penelitian ini juga menjelaskan bahwa pengaruh tingkat kadar kadmium dipengaruhi oleh
ukuran dari masing-masing kerang darah semakin besar ukuran kerang darah maka
semakin besar daya serap logam yang dihasilkan.
Nilai kandungan kadmium pada sampel juga sejalan dengan penelitian Wage
Komarawidjaja (2017) untuk perairan pesisir kota Lhokseumawe bahwa pada saat
sampling, konsentrasi Kadmium (Cd) di setiap TPS pada saat penelitiaan dilakukan adalah
sama yakni < 0,005 mg/l. Hasil ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil pengukuran
pada Mei 2015 dan Februari 2016 Perbedaan tersebut sulit diduga karena pengambilan
sampel pada Mei 2015 dan Februari 2016 dilakukan ditempat yang sedikit ke tengah, dan
dilakukan dengan metode berbeda. Meskipun terdapat perbedaan besaran konsentrasi,
namun nilai semua hasil pengukuran tersebut masih jauh dibawah baku mutu yang berlaku
untuk peruntukan apapun sehingga perairan pesisir Kota Lhokseumawe aman untuk
dijadikan tambak.
Hasil Penelitian yang berbeda didapatkan Abdul Muhajir (2009) logam berat
kadmium yang terdapat pada kerang darah yang di jual dibeberapa pasar kota Malang telah
melebihi ambang batas yaitu 1,085 mg/kg sampai dengan 2,1055 mg/kg hal ini disebabkan
karena ada bukti penelitian yang memperkuat adanya daerah cemaran logam berat
kadmium dengan objek yang berbeda yaitu analisis pada kupang beras yang dijual pada
beberapa pasar yang sama.
Pada penelitian Syamsuri Syakri menjelaskan bahwa kerang darah yang dijual
dipasar juga bisa bukan murni hasil cemaran logam berat kadmium yang berasal dari hasil
tambak akan tetapi disebabkan kerang yang dijual sudah terkontaminasi logam kadmium
yang berasal dari aktivitas masyarakat. Sumber logam kadmium (Cd) yang berasal dari
aktivitas manusia yang berada di sekitar pasar tersebut seperti limbah pasar dan limbah
rumah tangga.
Menurut Penelitian Delvina Sinaga ada beberapa faktor yang bisa menurunkan
kadar kadmium dalam kerang darah yaitu Perendaman kerang darah dengan menggunakan
akuades juga dapat menurunkan kadar Cd, yaitu sebesar 47,17% (selama 15 menit), dan
56,94% (selama 30 menit). Dari hal ini, terlihat bahwa, semakin lama kerang darah
direndam, semakin tinggi penurunan kadar Cd tersebut, walaupun hanya direndam dengan
akuades.
Vol. 3, No. 2, Juli 2022
p-ISSN 2798-4125;e-ISSN 2798-4311
glosains.greenpublisher.id
85
Food and Agricultural Organization/ World Health Organization (FAO/WHO)
konsumsi kadmium yang dapat ditoleransi manusia per minggu adalah 400-500 μg per
orang atau 7 μg/kgBB maka toleransi logam berat yang boleh masuk ke dalam tubuh selama
satu minggu untuk orang yang memiliki berat badan 70 kg adalah 490 µg /kgBB untuk
cadmium.
U.S. Environmental Protection Agency (USEPA) mendata bahwa ada 13 elemen
logam berat yang merupakan elemen utama polusi yang berbahaya. Logam-logam tersebut
adalah Timbal (Pb), Kadmium (Cd), Merkuri (Hg), Nikel (Ni) dan Krom (Cr). Jika logam
berat ini melewati ambang batas maka dapat merusak organ-organ tubuh manusia
(Sihombing, Wangko, & Kalangi, 2012).
Kadmium terakumulasi dalam tubuh manusia (waktu paruh 15 33 tahun) dan
dapat merusak ginjal sebagai target organ pada pajanan kronis (Winata, 2016). Manusia,
target organ utama pajanan kadmium jangka panjang adalah paru-paru, tulang dan yang
paling berat adalah ginjal terutama pada tubulus proksimal, sehingga menyebabkan
peningkatan ekskresi protein di urin (Desfita, Sari, & Pato, 2020).
Bahaya kandungan kadmium apabila dikonsumsi dapat bersifat akut maupun
kronis. Keracunan akut menyebabkan gejala berupa gangguan saluran pernapasan, mual,
muntah, kepala pusing dan sakit pinggang (Angelina, Darundiati, & Dangiran, 2017).
Sedangkan efek kronis dapat terjadi pada ginjal, paru-paru, tulang, darah dan sistem
reproduksi (Safitri, 2015).
Studi pada manusia dan hewan telah menunjukkan bahwa tulang adalah target
sensitif dari toksisitas kadmium. Kadmium bekerja melalui mekanisme langsung dan tidak
langsung, yang dapat menyebabkan penurunan kepadatan mineral tulang dan peningkatan
patah tulang. Studi pada hewan muda menunjukkan bahwa kadmium menghambat aktivitas
osteoblastik, menghasilkan penurunan sintesis matriks organik tulang dan mineralisasi.
Penurunan aktivitas osteoblastik juga dapat mempengaruhi aktivitas osteoklastik
yang menyebabkan peningkatan resorpsi tulang. Selama pertumbuhan tulang yang intens,
efek pada osteoblas mengakibatkan penurunan pembentukan tulang setelah maturitas
tulang, paparan kadmium menyebabkan peningkatan resorpsi tulang. Kerusakan ginjal
akibat kadmium juga dapat mengakibatkan efek sekunder pada tulang. Hasil studi juga
membuktikan bahwa anak-anak lebih rentan terhadap kehilangan kepadatan tulang dan
penurunan kekuatan tulang akibat paparan cadmium.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian logam kadmium secara kuantitatif menunjukkan kadar yang bervariasi. Nilai
rata-rata kandungan kadmium pada sampel yang diuji adalah 0,569 mg/kg. Menurut SNI
No. 7387:2009, 16 (enam belas) sampel tidak ada yang melewati ambang batas atau dalam
kata lain masih dalam batas normal. Bagi peneliti selanjutnya yang perlu dilakukannya
penelitian lebih lanjut terhadap kadar Cd yang terdapat pada seluruh budidaya tambak di
Aceh Utara dan Lhokseumawe sehingga perlu dilakukan penelitian unsur dan senyawa
logam berat lainnya terhadap biota laut yang dijual di pasar Kota Lhokseumawe.
Peneliti juga menganjurkan untuk para konsumen kerang darah agar melakukan
perendaman kerang darah dengan menggunakan air yang bebas dari zat-zat pengotor atau
yang sudah melewati tahap penyulingan sebelum dikonsumsi, karena dapat menurunkan
kadar kadmium pada kerang darah.
Bibliography
Agustina, Titin. (2014). Kontaminasi logam berat pada makanan dan dampaknya pada
Analisis Unsur Logam Berat Kadmium Pada Kerang Darah Glosains: Jurnal
di Pasar Tradisional Kota Lhokseumawe
Global Indonesia
Amir Ahnaf Falih Harahap, Khairunnisa, Vera Novalia
86
kesehatan. TEKNOBUGA: Jurnal Teknologi Busana Dan Boga, 1(1).
Ali, Nur Afdalia. (2017). Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Kerang di
Perairan Biringkassi Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
Angelina, Maria Sylvia, Darundiati, Yusniar Hanani, & Dangiran, Hanan Lanang. (2017).
Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Kandungan Kadmium (Cd) Dalam Ikan Bandeng
Di Kawasan Tambak Lorok Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 5(5), 724
732.
Desfita, Sri, Sari, Wulan, & Pato, Usman. (2020). Susu Fermentasi Kedelai dan Madu Potensi
untuk Meningkatkan Kesehatan Tulang Wanita Menopause. Deepublish.
Falah, Suudul, Purnomo, Pujiono Wahyu, & Suryanto, Agung. (2018). Analisis logam berat Cu
dan Pb pada air dan sedimen dengan kerang hijau (P. Viridis) di Perairan Morosari
Kabupaten Demak. Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES), 7(2),
222226.
Hasyim, Nur Azizah. (2016). Potensi Fitoremediasi Eceng Gondok (Eichornia Crassipes)
Dalam mereduksi logam berat seng (Zn) dari perairan danau tempe kabupaten wajo.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Kartikasari, Melinda. (2016). Analisis logam timbal (Pb) ada buah apel (Pylus Malus l.) dengan
metode destruksi basah secara Spektrofotometri serapan atom. Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim.
Kunsah, Baterun, Kartikorini, Nastiti, & Ariana, Diah. (2021). Analisa Cemaran Logam Berat
(Pb, Cd, Zn) pada Makanan dan Minuman Kemasan Kaleng dengan Menggunakan
Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). THE JOURNAL OF MUHAMMADIYAH
MEDICAL LABORATORY TECHNOLOGIST, 4(1), 100110.
Pitaloka, Lulu Sandra Dyah. (2019). PENENTUAN KONSENTRASI CEMARAN LOGAM
BERAT DALAM SAMPEL OBAT DAN SUPLEMEN SECARA SPEKTROFOTOMETER
SERAPAN ATOM (SSA) DI PT. GENERO PHARMACEUTICALS. Universitas Islam
Indonesia.
Rosihan, Adhani, & Husaini, Husaini. (2017). Logam berat sekitar manusia. Pustaka Buana.
Safitri, Feela Zaki. (2015). Tingkat Efek Kesehatan Lingkungan Kandungan Logam Berat
Kadmium (Cd) dalam Kerang Hijau (Perna viridis) yang Dikonsumsi Masyarakat
Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara Tahun 2015.
Sihombing, Iknes, Wangko, Sunny, & Kalangi, Sonny J. R. (2012). Peran estrogen pada
remodeling tulang. Jurnal Biomedik: JBM, 4(3).
Solihat, Mohamad Firman. (2016). MIGRASI LOGAM BERAT (Pb dan Cd) DARI BAHAN
KERAMIK BERGLASIR KE DALAM AIR MINUM. UNPAS.
Triantoro, Dian Dwi, Suprapto, Djoko, & Rudiyanti, Siti. (2018). Kadar logam berat besi (Fe),
seng (Zn) pada sedimen dan jaringan lunak kerang hijau (Perna viridis) di perairan
Tambak Lorok Semarang. Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES),
6(3), 173180.
Winata, Susanty Dewi. (2016). Monitoring, Pencegahan, dan Penanganan Keracunan pada
Pekerja Terpapar Cadmium. Jurnal Kedokteran Meditek.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.