MANAJEMEN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI SISWA (STUDI PADA SMAN 1 DAN SMKN 1 JATISARI KARAWANG)

 

 

 

 

Abdul Rohana

Universitas Islam Nusantara, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian pada kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan SMAN 1 dan SMKN 1 Jatisari Kabupaten Karawang. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa perencanaan ekstrakurikuler di kedua sekolah tersebut, dilakukan dengan musyawarah pada awal tahun ajaran baru, untuk menetapkan program kegiatan, sebagai bahan acuan bagi para guru dalam melaksanaan kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian dilakukan untuk mengatur jalannya kegiatan, dengan menempatkan orang-orang terpilih pada posisi yang tepat, sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler berjalan dengan lancar, sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Merupakan realisasi dari perencanaan dan pengorganisasian, yang telah disusun sebelumnya. Penilaian pada kegiatan ekstrakurikuler dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Penilaian pada pelaksanaan program dan penilaian pada pencapaian tingkat keberhasilan prestasi siswa. Siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, pada umumnya memiliki prestasi yang baik, namun belum menunjukkan peningkatan prestasi yang signifikan. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, berkenaan dengan kekurangan sumber daya manusia yang berkompeten pada bidangnya dan keterbatasan dalam pemeliharaan serta perawatan peralatan dan perlengkapan yang mendukung pencapaian keberhasilan. Adanya kemampuan untuk mengatasi dan menyelesaikan masalahmasalah tersebut, dengan upaya yang dilakukan secara terus menerus, dapat menumbuhkan rasa percaya diri dari semua pihak demi meningkatkan prestasi yang diharapkan.

Kata kunci: manajemen, ekstrakurikuler; peningkatan prestasi siswa

 

Abstract

This study aims to determine the planning, organizing, implementing and assessment of religious extracurricular activities of SMAN 1 and SMKN 1 Jatisari Karawang Regency. The method in this study uses a descriptive method, with a qualitative approach. Data collection using interview, observation and documentation study techniques. Based on the results of the study, it can be concluded that extracurricular planning in the two schools, carried out by deliberation at the beginning of the new school year, to establish activity programs, as reference material for teachers in carrying out learning activities. Organizing is carried out to organize the course of activities, by placing selected people in appropriate positions, in accordance with their respective duties and responsibilities. The implementation of extracurricular activities runs smoothly, according to a predetermined schedule. Is the realization of planning and organizing, which has been drawn up before. Assessment of extracurricular activities is carried out to determine the success rate of achieving planned goals. Assessment on program implementation and assessment on achieving student achievement success rates. Students who participate in extracurricular activities, generally have good achievements, but have not shown significant improvement in achievement. Obstacles faced in the implementation of extracurricular activities, related to the lack of competent human resources in their fields and limitations in the maintenance and maintenance of equipment and equipment that support the achievement of success. The ability to overcome and solve these problems, with continuous efforts, can foster confidence from all parties in order to improve the expected achievements.

Keywords: management, extracurricular, improvement of student achievement

 

 

Pendahuluan

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang dewasa (pendidik) dalam menyelenggarakan kegiatan pengembangan diri perserta didik agar menjadi manusia yang paripurna sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan tujuannya (Kompri, 2015; Saiwanto, 2022).

Manajemen merupakan sebuah kegiatan, pelaksanaannya disebut manajing dan orang yang melakukannya disebut manajer. Individu yang yang menjadi manajer menangani tugas-tugas baru yang keseluruhannya bersifat manajerial yang penting diantaranya adalah menghentikan kecenderungan untuk melaksanakan segala sesuatunya seorang diri saja, tugas-tugas operasional dilaksanakan melalui upaya-upaya kelompok anggotanya. Pokoknya, tugas-tugas seorang manajer adalah memanfaatkan usaha-usaha kelompok secara efektif. Walaupun demikian para manajer jarang menghabiskan seluruh waktu mereka untuk melaksanakan kegiatan manajing, biasanya mereka juga melaksanakan pekerjaan non-manajemen (Terry, 2014).

Dalam pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI Nomor 20 Tahun 2003)

Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler (Kegiatan utama disekolah) dan kegiatan kokurikuler (Kegiatan untuk memperdalam materi pelajaran didalam kelas), di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan, bertujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan (Permen DIKBUD RI No 62 Tahun 2014).

Sekolah sebagai institusi pendidikan sesungguhnya tidak hanya berkewajiban mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam hal-hal yang bersifat akademik, tapi juga berkewajiban mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam hal-hal yang bersifat non-akademik pula, dalam artian pembinaan siswa yang tidak secara langsung berhubungan dengan pelajaran (Agusniati, 2023). Pada tataran non-akademik, sekolah harus memberikan tempat bagi tumbuh kembangnya beragam bakat dan kreativitas siswa sehingga mampu membuat siswa menjadi manusia yang memiliki kebebasan berkreasi yang salah satunya melalui kegiatan ekstrakurikuler (Ruliyanto, 2017).

Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah bermacam-macam, ada yang bersifat pendidikan, kedisiplinan, olahraga, seni dan budaya, dan masih banyak yang lainnya. Diharapkan dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah siswa dapat mengatur waktu antara kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan belajar.

Berdasarkan pengamatan sementara dari kenyataan yang ada pada SMA Negeri I dan SMKN 1 Jatisari Kabupaten Karawang, kurikulum di sekolah banyak mengalami kendala. Hal ini akan berpengaruh terhadap pelaksanaan program kurikulum, yang salah satunya adalah kegiatan ekstrakurikuler. Sejalan dengan banyaknya kendala dalam kurikulum, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pun banyak mengalami hambatan.  Kegiatan ekstrakurikuler tidak berjalan secara maksimal, sehingga hasil yang dicapai tidak optimal. Hasil yang dimaksud adalah prestasi siswa, khususnya prestasi dalam bidang non akademik. Para siswa sebagai peserta didik belum menunjukkan prestasi yang signifikan dari proses pendidikannya, sehingga tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler belum tercapai.

Seharusnya kegiatan ekstrakurikuler di SMAN 1 dan SMKN 1 Jatisari Kabupaten Karawang sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 62 tahun 2014, tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, tujuan diselenggarakannya kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka medukung pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler para siswa seharusnya dapat lebih mengembangkan potensi,  bakat, minat dan kemampuannya, sehingga bisa mencapai prestasi yang diharapkan, baik prestasi akademik maupun prestasi non akademik.   Kegiatan siswa khususnya di bidang ekstrakurikuler tidak berjalan secara maksimal, karena banyak mengalami hambatan. Tidak berjalan sesuai dengan kurikulum, belum optimal dan pelaksanaannya terkesan asal ada kegiatan. Dilakukan hanya untuk memenuhi keharusan yang tertera dalam kurikulum. Hal ini dikarenakan belum optimalnya dalam implementasi program kegiatan. Perencanaan, pengorganisasian. pelaksanaan dan pengawasan kegiatan ekstrakurikuler tersebut belum maksimal. Sehingga berdampak negatif terhadap prestasi siswa, khususnya dalam prestasi ekstrakurikuler keagamaan  siswa.

Maka berdasarkan paparan di atas peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh lagi tentang formulasi manajemen ekstrakurikuler keagamaan  dalam meningkatkan prestasi siswa di SMAN 1 dan SMKN 1 Jatisari Kabupaten Karawang, Sehingga akan terlihat dengan jelas bagaimana solusinya.

 

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode kualitatif dan analisis deskriptif. Menurut Sukmadinanta, penelitian kualitatif deskiptif adalah suatu penelitian yang di tujukan untuk mendeskripsikan, menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual (Margono, 2009: 76). Sedangkan menurut Bogdan dan Tylor yang dikutip oleh Margono, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut Arikunto,metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data penelitiannya (Arikunto, 2006).

Hasil dan Pembahasan

Perencanaan 

          Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada di SMAN 1 dan SMKN 1 Jatisari Kabupaten Karawang, baik dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi, dapat dikemukakan beberapa keunggulan dan kelemahan dalam perencanaan.

Keunggulan

          Perencanaan program kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan , pada dasarnya sudah dilaksanakan dengan baik. Dilakukan pada awal tahun ajaran baru, berdasarkan hasil musyawarah antara Kepala Sekolah, Wakasek Bidang Kurikulum dan guru yang terkait. Kepala Sekolah pada awal tahun pelajaran, mengadakan musyawarah untuk menetapkan perencanaan kegiatan pembelajaran, termasuk kegiatan ekstrakurikuler. Perencanaan ditetapkan sebagai bahan acuan bagi para guru, tentang kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Sagala (2003), bahwa salah satu prinsip dalam perencanaan yaitu menetapkan apa yang mau dilakukan oleh guru, kapan dan bagaimana cara melakukannya dalam implementasi pembelajaran.

          Perencanaan juga ditujukan terutama untuk menetapkan jenis kegiatan ekstrakurikuler yang akan dilaksanakan, dengan membatasi sasaran atas dasar tujuan instruksional khusus. Menetapkan pelaksanaan kegiatan untuk mencapai hasil yang diharapkan, dengan memperhatikan berbagai masukan atau pertimbangan sesuai dengan kemampuan pihak sekolah. Hal itu sesuai dengan pendapat Sagala (2003), yang menyebutkan bahwa salah satu prinsip dalam perencanaan adalah : “Membatasi sasaran atas dasar tujuan instruksional khusus dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimal, melalui proses penentuan target pembelajaran”.                    

          Aspek yang menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan  diperhatikan dengan semestinya. Berkenaan dengan apa, kenapa, dimana dan kapan kegiatan akan dilakukan serta siapa yang akan melakukan dan bagaimana cara melakukannya. Pertimbangan dengan beberapa aspek tersebut, sesuai dengan pendapat Sukwiyati (2007), yang menyatakan bahwa suatu perencanaan yang lengkap, hendaknya bisa memenuhi enam aspek penting, yang terdiri dari  5 W + 1 H.  What (apa), Why (kenapa), Where (dimana), When (kapan), Who (siapa) dan How (bagaimana).

          Faktor yang menjadi dasar pertimbangan dalam perencanaan kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan , juga sangat diperhatikan. Diantaranya yaitu minat dan bakat siswa, sarana dan prasarana, sumber daya manusia, anggaran biaya dan waktu pelaksanaan kegiatan. Semua menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan apa dan bagaimana kegiatan dilaksanakan serta siapa yang akan melaksanakannya. Sesuai dengan pendapat dari Sukwiyati (2007), yang menyatakan bahwa perencanaan yang lengkap hendaknya bisa memenuhi enam aspek penting. Keenam aspek tersebut, diantaranya adalah apa dan bagaimana kegatan serta siapa pelaksananya. 

Terry dalam Moekijat (1986) mengemukakan bahwa defini manajemen yaitu: “Merupakan suatu proses tertentu/ khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan sumber-sumber lainnya”.

         Berdasarkan pendapat Terry tersebut, mengandung makna bahwa: “manajemen mengandung faktor yang penting terhadap efektifitas proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan”. Pendapat tersebut juga menunjukkan bahwa ada empat hal pokok dari manajemen yaitu proses, sumber daya, fungsi manajemen dan sasaran yang akan dicapai, yang keseluruhannya sangat kompleks dan saling berkaitan.

 Kelemahan

          Perencanaan program kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan , mengalami kendala karena pada saat penyusunan program perencanaan, sasaran tidak tercapai sepenuhnya. Hal itu disebabkan oleh  keterbatasan guru dalam membuat perencanaan yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Tidak semua guru ekstrakurikuler Keagamaan  mempunyai kemampuan untuk menyusun perencanaan sebagimana mestinya. 

          Perencanaan disusun dengan sangat sederhana, tidak disajikan secara lengkap dan menyeluruh. Keterbatasan kemampuan pada bidang IT menyebabkan beberapa guru ekstrakurikuler Keagamaan, tidak menyusun perencanaan secara optimal. Hanya disebutkan secara global menyangkut aspek-aspek yang diperlukan. Sehingga realisasi dalam pelaksanaan kegiatan, belum mencapai keberhasilan yang maksimal. Masih membutuhkan arahan dan bimbingan dari pihak-pihak yang berkopenten di bidangnya.

          Kegiatan pada perencanaan ekstrakurikuler Keagamaan  di SMAN 1 Jatisari dan SMKN 1 Jatisari, secara keseruluhan telah dilaksanakan dengan baik. Guru atau pembina ekstrakurikuler telah menyusun perencanaan pada awal tahun ajaran, meskipun dibuat dengan cara yang sangat sederhana, tidak disajikan secara lengkap dan menyeluruh. Hal itu karena keterbatasan kemampuan dalam menyusun perencanaan dan keterbatasan kemampuan penguasaan pada bidang teknologi informasi (IT).

 

Pengorganisasian 

           Kegiatan pengorganisasian pada manajemen ekstrakurikuler Keagamaan  di SMAN 1 Jatisari dan SMKN 1 Jatisari, tidak terlepas dari adanya keunggulan dan kelemahan dalam merealisasikannya.

Keunggulan

          Pengorganisasian pada kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan , telah tersusun dan terlihat dengan jelas. Tampak adanya pelimpahan wewenang dan tugas pada para personil kegiatan, sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing. Susunan struktur organisasi telah ditetapkan secara lengkap. Menempatkan beberapa orang guru, sesuai dengan kesediaan dan kesiapannya untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan. Kenyataan itu sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Hasibuan (2013), yang menyebutkan bahwa pengorganisasian merupakan suatu proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan berbagai macam aktifitas untuk mencapai tujuan, dengan menempatkan orang-orang pada setiap aktifitasnya. 

          Pelimpahan wewenang, sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing telah direalisasikan dalam pelaksanaan kegiatan. Tidak terjadi kesalahpahaman komunikasi dan tumpang-tindihnya tugas yang dilimpahkan. Sesuai dengan pendapat Badrudin (2014), yang menyatakan bahwa struktur organisasi perlu ditetapkan sesuai dengan bentuk organisasi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penetapan struktur organisasi ekstrakurikuler Keagamaan  menggambarkan adanya kejelasan tentang pelimpahan wewenang dan tugas, adanya kesatuan perintah serta adanya pembagian kerja.

          Pelaksanaan kegiatan tidak dibebankan kepada seseorang, atau dikerjakan oleh seseorang, tetapi saling membagi dan saling bekerja sama. Sesuai dengan kewenangan yang dilimpahkan kepadanya,Wakasek Bidang Kesiswaan telah menyusun dan menetapkan struktur organisasinya. Penetapan itu berdasarkan pertimbangan pada prinsip-prinsip pengorganisasian, yang diperlukan sesuai kebutuhan yang ada di lapangan. Prinsip tersebut diantaranya yaitu adanya tujuan, satu perintah, pembagian tugas serta pelimpahan tugas dan wewenang. Hal itu sesuai dengan pendapat Kadarman (2001), yang menyebutkan bahwa prinsip pengorganisasian diantaranya adalah tujuan yang jelas, kesatuan komando, pembagian kerja dan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab. Sehingga dalam pelaksanaannya akan saling bekerja sama dengan bersinergi, untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Pendapat Hasibuan (2006) yang menyebutkan bahwa pengorganisasian merupakan suatu proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan berbagai macam aktifitas untuk mencapai tujuan, dengan menempatkan orang-orang pada setiap aktifitasnya.

          Pada pengorganisasian kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan dalam meningkatkan prestasi siswa, Kepala Sekolah memegang peranan yang sangat penting. Untuk menetapkan berbagai kebijakan, yang akan dijalankan oleh para personil lainnya

Kelemahan

          Pengorganisasian pada kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan  mengalami beberapa kelemahan, diantaranya pada penempatan personil yang tepat sesuai dengan kompetensi pada bidangnya. Belum meratanya dalam penempatan personil yang berkompeten, pada posisi yang tepat. Penempatan posisi hanya berdasarkan kesediaan guru yang ada, karena kekurangan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi. Kompetensi diupayakan setelah adanya pemberian tugas kepada yang bersangkutan. Untuk keperluan personil yang akan ditempatkan, tidak dilakukan penambahan personil atau pelatih dari luar yang berkompeten pada bidangnya. Hal itu disebabkan karena pertimbangan anggaran yang cukup terbatas. Anggaran yang tersedia, juga harus dialokasikan pada beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang lain. Sekolah dalam hal itu menganggap cukup dengan memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya manusia yang ada, tidak memandang perlu untuk mendatangkan dari luar sekolah. 

          Pengorganisasian pada manajemen ekstrakurikuler Keagamaan  di SMAN 1 Jatisari dan SMKN 1 Jatisari, pada dasarnya telah dilakukan dengan baik. Menyusun struktur organisasi secara lengkap, terlihat dengan jelas adanya pelimpahan wewenang sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Menempatkan personil yang ada pada posisi yang diperlukan, sesuai dengan kompetensi masing-masing. Kelemahannya terletak pada sumber daya manusia yang ada. Jumlah sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi pada bidangnya, sangat terbatas dan untuk merekrut tenaga ahli dari luar lingkungan sekolah, mengalami kendala dengan adanya anggaran yang tersedia. Sehingga dalam merealisasikannya dilakukan dengan cara memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya manusia yang ada.

 

Pelaksanaan 

           Kegiatan pada pelaksanaan manajemen ekstrakurikuler Keagamaan  di SMAN 1 Jatisari  dan SMKN 1 Jatisari, merupakan realisasi dari kegiatan  erencanaan dan pengorganisasian. Seiring dengan penyelenggaraan kegiatan, tidak terlepas dari adanya beberapa keunggulan dan kelemahan dalam pelaksanaannya.

Keunggulan

          Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan  berjalan sesuai dengan perencanaan dan pengorganisasian yang telah ditetapkan sebelumnya. Setiap siswa aktif dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, sesuai dengan pilihannya, berdasarkan minat, bakat dan potensinya masing-masing. Pembina ekstrakurikuler atau guru yang telah ditugaskan, melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, berdasarkan jadwal kegiatan yang telah ditentukan. Memberikan bimbingan dan pembinaan, berkenaan dengan kegiatan ekstrakurikuler yang menjadi tanggung jawabnya. Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat oleh pihak yang berwenang. Tidak pernah terjadi, kegiatan sampai diliburkan karena tidak ada siswa atau karena tidak ada guru. Siswa senenatiasa mengikuti kegiatan dan jika guru berhalangan hadir, akan disediakan guru pengganti. Keadaan itu bisa terus berjalan, karena pihak yang berwenang, dalam hal ini Wakasek Bidang Kesiswaan mampu mengarahkan semua personil yang terlibat, untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana mestinya. Hal itu sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Hasibuan (2013), yang menyebutkan bahwa pengarahan yaitu mengarahkan semua karyawan agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif dalam mencapai tujuan. Pengarahan diperlukan agar terjalin kerja sama yang harmonis dan bersinergi, untuk mencapai tujuan bersama. 

Kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan  dilaksanakan dengan menggunakan fasilitas, sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Siswa diberikan kebebasan untuk menggunakannya sesuai dengan kebutuhan, dibawah pengawasan guru atau pembina. Jika ada media atau alat yang harus dibawa oleh siswa sendiri, pihak sekolah selalu bermusyawarah dengan orang tua. Sehingga kegiatan ekstrakurikuler bisa dilaksanakan dengan fasilitas yang disediakan oleh pihak sekolah, atau dengan fasilitas yang dibawa oleh siswa sendiri atas persetujuan orang tua.

Kelemahan

          Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan , meskipun telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, namun masih ada saja kendala yang menjadi kelemahannya. Kelemahan pertama terletak pada motivasi siswa dan yang kedua pada sarana dan prasarana yang kurang mendukung dalam pelaksanaan kegiatan.

          Motivasi siswa masih perlu dorongan dari pihak lain, baik dari guru, wali kelas maupun dari orang tua siswa sendiri. Siswa masih ada yang beranggapan bahwa kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan, merupakan kegiatan sampingan yang tidak begitu penting, jika dibandingkan dengan mengikuti pembelajaran intrakurikuler di dalam kelas. Keterlibatan guru dan wali kelas serta orang tua sangat diperlukan dalam memotivasi siswa. Sehingga para siswa senantiasa diingatkan dan diberi semangat, untuk aktif dalam melaksanakan kegiatan.

          Sarana dan prasarana yang menjadi kelemahan dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan, yaitu berkenaan dengan peralatan dan perlengkapan kegiatan. Anggaran biaya sangat terbatas, terutama untuk perbaikan, pemeliharaan dan mengganti peralatan yang rusak atau untuk perlengkapan kegiatan. Perlengkapan kegiatan tidak selamanya disediakan oleh sekolah, tetapi siswa membawa sendiri jika disetujui orang tua.   

Kendala lain yang muncul dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan  adalah adanya beberapa siswa yang sering berpindah pilihan dalam mengikuti kegiatan. Siswa merasa tidak cocok setelah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang telah dipilihnya dan ingin berpindah pada jenis kegiatan ekstrakurikuler yang lain. Keadaan seperti itu bisa mengakibatkan siswa kurang fokus dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang dipilihnya. Sehingga sasaran atau tujuan belum bisa tercapai secara maksimal. Dalam hal ini pun perlu dorongan yang lebih kuat untuk meningkatkan motivasi siswa, agar siswa tetap bersemangat dan fokus dalam mengikuti kegiatan. 

  Secara keseluruhan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan  di SMAN 1 Jatisari dan SMKN 1 Jatisari, telah berjalan sebagaimana mestinya. Seluruh personil yang terlibat dalam kegiatan, melaksanakannya berdasarkan jadwal kegiatan yang telah ditentukan, sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Namun mengalami beberapa hambatan, yang mengakibatkan terjadinya kelemahan dalam pelaksanaanya. Kurangnya motivasi siswa serta hanya memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada, merupakan kelemahan dalam pelaksanaan kegiatan. Memerlukan dorongan yang kuat untuk memotivasi siswa dan perhatian yang serius terhadap pemeliharaan, perawatan dan pengadaan peralatan serta perlengkapan kegiatan.     

 

Penilaian 

           Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kegiatan penilaian pada manajemen ekstrakurikuler Keagamaan  di SMAN 1 Jatisari dan SMKN 1 Jatisari, dilaksanakan dengan baik. Keunggulan dan kelemahannya.

Keunggulan

Penilaian pada kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan , dilakukan oleh semua unsur yang terlibat. Baik kepala sekolah, wakasek bidang kesiswaan maupun oleh guru/pembina ekstrakurikuler. Penilaian dilakukan dengan beberapa pertimbangan, diantaranya adanya keserasian antara tujuan, materi dan metode kegiatan, keaktifan siswa yang mengikuti kegiatan serta adanya perubahan sikap atau perilaku. Penilaian tersebut, sesuai dengan prinsip penilaian yang dikemukakan oleh Yunanda (2010), yang menyebutkan bahwa prinsip-prinsip penilaian meliputi keterpaduan, keterlibatan peserta didik, koherensi, pedagogis dan akuntabel. Koherensi berkaitan dengan keserasian materi kegiatan dengan kemampuan siswa, pedagogis berhubungan dengan adanya perubahan siskap siswa dan akuntabel maksudnya bisa dipertanggungjawabkan.

          Penilaian dilakukan dengan berorientasi pada dua unsur yang berkaitan pada pelaksanaan kegiatan. Pertama, penilaian yang berorientasi pada program dan kedua berorientasi pada hasil. Penilaian pada program dilakukan oleh kepala sekolah dan wakasek bidang kesiswaan, berkaitan dengan keserasian antara tujuan, materi dan metode kegiatan. Dilakukan dengan evaluasi dan monitoring pada pelaksanaan kegiatan. Bertujuan untuk dipergunakan sebagai bahan pertimbangan pada kegiatan selanjutnya. Hal itu sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Sukmadinata (2005), yang menyebutkan bahwa tujuan penilaian adalah untuk menyempurnakan program, kelayakan program dan program dilanjutkan atau dihentikan.

          Penilaian yang berorientasi pada hasil, dilakukan oleh masingmasing guru ekstrakurikuler, berkaitan dengan aktifitas siswa dan perubahan sikap atau perilaku siswa. Penilaian tertuju pada kemampuan siswa, sikap siswa dan keterampilan siswa. Hal itu sesuai dengan teori Bloom dalam Arikunto (2015) menyatakan bahwa, hasil belajar dibedakan dalam tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian pada kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan , lebih berkenaan dengan prestasi yang dicapai siswa pada aspek afektif dan psikomotor. Sikap atau perilaku siswa sehari-hari dan kemampuan dalam keterampilan siswa sesuai dengan jenis kegiatan yang dipilihnya.

Kelemahan

          Kelemahan yang ada dan dialami pada penilaian kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan , berhubungan dengan sumber daya manusia. Keterbatasan kemampuan dalam menentukan usur yang terkait dalam sistem penilaian. Salah satunya dalam penentuan instrumen penilaian kurang tepat sasaran sesuai hasil yang diharapkan. Seharusnya dalam penentuan tersebut digunakan juga instrumen penilaian dalam bentuk non tes, tidak hanya terbatas pada penilaian dalam bentuk tes. Instrumen penilaian non tes sangat penting untuk mengevaluasi siswa pada ranah afektif dan psikomotorik. Dapat diketahui tingkat keberhasilan dalam sikap dan perilaku siswa serta dalam keterampilan yang dikuasainya. 

          Kenyataannya pada penilaian tersebut hanya dilihat dari penguasaan keterampilan siswa atau hanya pada ranah psikomotor pada akhir semster. Sedangkan pada sikap dan perilaku siswa seharihari atau ranah afektif, tidak dilakukan penilaia secara tertulis dan berkesinambungan. Penilaian pada sikap atau perlaku siswa tidak masuk dalam penilaian yang dilaporkan secara resmi. Hal tersebut sebenarnya sangat penting dilakukan, untuk mengetahuai perubahan perkembangan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.  

          Penilaian pada kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan di SMAN 1 Jatisari dan SMKN 1 Jatisari, secara keseluruhan telah dilaksanakan dengan baik. Melibatkan semua unsur yang terkait dengan pelaksanaan penilaian. Meskipun dalam pelaksanaannya ada prosedur penilaian yang tidak digunakan sebagaimana mestinya, terutama dalam penentuan instrumen penilaian yang akan digunakan. Hal itu menjadi kelemahan dalam melakukan penilaian, disebabkan karena keterbatasan kemampuan sumber daya manusia (penilai) dalam menentukan dan menggunakan instrumen penilaian. Sehingga hasil penilaian yang diharapkan belum tercapai secara optimal.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa perencanaan ekstrakurikuler di kedua sekolah tersebut, dilakukan dengan musyawarah pada awal tahun ajaran baru, untuk menetapkan program kegiatan, sebagai bahan acuan bagi para guru dalam melaksanaan kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian dilakukan untuk mengatur jalannya kegiatan, dengan menempatkan orang-orang terpilih pada posisi yang tepat, sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler berjalan dengan lancar, sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Merupakan realisasi dari perencanaan dan pengorganisasian, yang telah disusun sebelumnya. Penilaian pada kegiatan ekstrakurikuler dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Penilaian pada pelaksanaan program dan penilaian pada pencapaian tingkat keberhasilan prestasi siswa. Siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, pada umumnya memiliki prestasi yang baik, namun belum menunjukkan peningkatan prestasi yang signifikan. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, berkenaan dengan kekurangan sumber daya manusia yang berkompeten pada bidangnya dan keterbatasan dalam pemeliharaan serta perawatan peralatan dan perlengkapan yang mendukung pencapaian keberhasilan. Adanya kemampuan untuk mengatasi dan menyelesaikan masalahmasalah tersebut, dengan upaya yang dilakukan secara terus menerus, dapat menumbuhkan rasa percaya diri dari semua pihak demi meningkatkan prestasi yang diharapkan.

Daftar Pustaka

Agusniati, A. (2023). The Effect of Education Finance On The Quality of Education In Indonesia. Devotion Journal of Community Service4(1), 104-109.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI, Jakarta : PT Rineka Cipta

Badrudin. (2014). Dasar-Dasar Manajemen, Jatisari: Alfabeta.

Hasibuan, S. P. (2013). Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung

Kadarman, A. M. (2001). Pengantar Ilmu Manajemen, Jakarta : PT. Prenhallindo

Kompri. (2015). Manajemen Pendidikan Komponen-komponen Elementer Kemajuan Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Margono. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineke Cipta

Moekijat. (1986). Pembangunan Organisasi, Karawang: CV Remaja Karya.

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia .(2017). No 62 Tahun 2014 Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar Dan Menengah, Jakarta: 2014 Peraturan Mentri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No 23 Tahun 2017 Tentang Hari Sekolah, Jakarta

Ratno, R. (2017). Manajemen Ekstrakurikuler Non-Akademik Siswa di SMA Muhammadiyah 3 Jember. Jurnal Edukasi Universitas Jember

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran, Jatisari: Alfabeta

Saiwanto, S., Alwlid, M. A., Haris, A., & Yazid, S. R. (2022). Kurikulum Pendidikan Islam. Jurnal Sosial dan Sains2(9), 1039-1050.

Siyoto, S. & Sodik, A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Literasi Media Publishing

Sugiyono. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, N., & Purwadhi, E. (2005). Panduan Penulisan Karya Ilmiah (Makalah, Laporan Buku, Tesis dan Desertasi), Karawang: Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara

Sukwiyati. (2007). Ekonomi, Karawang: Yudhistira.

Yunanda, A. (2010). Evaluasi Program Pendidikan pada Pendidikan Dasar, Jakarta : Bumi Aksara

 

 

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.