Vol. 4, No. 1, Januari 2023
p-ISSN 2798-4125 e- 2798-4311
1
https://glosains.greenpublisher.id
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
PADA KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA
Elia Rosita
Lulusan Universitas Jambi
Diterima:
Direvisi:
Disetujui:
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menganalisis keterlaksanaan model
inkuiri terbimbing dan pengaruhnya terhadap kemampuan lierasi
sains siswa pada materi redoks kelas X.Mia.1 SMA N 4 Muaro
Jambi. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah
pendekatan campuran (mix method) dengan jenis model
sequential exploratoty ( model urutan penemuan). Tekhnik
pengambilan sampel dilakukan dengan purposive smpling yaitu
X.Mia 1 dan melibatkan 2 orang guru kimia, 32 orang siswa
kelas X.Mia.1 dan 32 orang siswa pada saat penelitian.
Instrument penelitian dilakukan yaitu lembar observasi,
keterlaksanaan model inkuiri terbimbing baik dari guru maupun
siswa dan soal tes essay kemampuan tes literasi sains siswa.
Untuk melihat pengaruh keterlaksanaan model pembelajaran
inkuiri terbimbing dengan kemampuan literasi sains siswa
dilakukan uji korelasi produk moment dan uji koefesien
determinasi. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa
keterlaksanaan model pembelaajran inkuiri terbimbing berjalan
dengan baik dan berpengaruh terhadap kemampuan literasi sains
siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan hasil presentasi
keterlaksanaan oleh siswa setiap pertemuan. Sebesar 60,09%
pada pertemuan pertama, 70,04% pada pertemuan kedua dan
81,56% pada pertemuan ketiga. Terdapat pengaruh
keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap
kemampuan literasi siswa dengan nilai rxy = 0,42 dengan
kategori hubungan yang sedang.
Kata kunci: Inkuiri Terbimbing, Literasi Sains dan Redoks
Abstract
This study aims to analyze the implementation of the guided
inquiry model and its effect on students' scientific literacy skills
in redox material for class X.Mia.1 SMA N 4 Muaro Jambi. The
approach used in this study is a mixed approach (mix method)
with a sequential exploratory model. The sampling technique
was carried out by purposive sampling, namely X.Mia 1 and
involved 2 chemistry teachers, 32 students of class X.Mia.1 and
32 students during the study. The research instruments were
observation sheets, the implementation of the guided inquiry
model from both teachers and students and essay tests on
students' scientific literacy ability tests. To see the effect of the
implementation of the guided inquiry learning model on students'
scientific literacy abilities, a product moment correlation test
and a coefficient of determination test were carried out. Based
on the results of the study it was concluded that the
Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Pada Kemampuan Literasi Sains Siswa
Glosains: Jurnal
Global Indonesia
2
Elia Rosita
implementation of the guided inquiry learning model went well
and had an effect on students' scientific literacy skills as
indicated by the increase in the results of presentations of
implementation by students at each meeting. 60.09% at the first
meeting, 70.04% at the second meeting and 81.56% at the third
meeting. There is an effect of the implementation of the guided
inquiry learning model on students' literacy skills with a value of
rxy = 0.42 with a moderate relationship category.
Keywords: Guided Inquiry, Scientific Literacy and Redox
Pendahuluan
Pembelajaran kimia yang kurang mengaitkan pembelajarnnya dengan
kehidupan sehari hari mengakibatkan pembelajaran tersebut kurang bermakna. Hal ini
menyebabkan tidak mendapatkan pengalaman belajar bermakna, dengan demikian sikap
ilmiah tidak tumbuh atau berkembang dalam diri siswa, yang akan mempengaruhi
kualitas literasi sains siswa.
Literasi sains berarti mampu menerapkan konsep-konsep atau fakta yang
didapatkan di sekolah dengan fenomena-fenomena alam yang terjadi di kehidupan sehari-
hari. Pada Taksonomi Bloom, lierasi sains iini hamper sama dengan aplikasi konsep (C4)
dalam kehidupan sehari-hari. Lierasi sains menurut (OECD, 2000) adalah kemampuan
menggnakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan
berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan
dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia.
Literasi sains dirasa penting karena dapat mengembangkan beberapa kemampuan diri,
salah satuya adalah ammpu memberikan penjelasan mengenai fenomena yang terjadi
berdasarkan konsep yang telah dipahami, serta dapat menggunkan metode ilmiah dalam
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Rendahnya literasi sains siswa dapat diatasi dengan perbaikan proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajran yang interaktif, kretaif, dan
membangun kreatifikats. Model pembelajran yang digunkana oleh seorang guru sangat
berpengaruh pada lierasi sains dan hasil belajar siswa. Model pembelajran yang dipilih
guru diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhaadap konsep kimia serta
memotivasi siswa untuk menerapkannya dalam situasi nyata( Nahdiah L., Mahdian dan
hamid,A., 2017)
Menurut Ogunkula (2013) untuk meningkatkan literasi sains dalam pembelajaran
sains yaitu dengan menghubungkan suatu konsep sains dengan topic yang sednag
berkembang dan menarik dalam kehidupan nyata. Siswa diharapkan menjadi aktif dalam
pembelajran dengan menggunkan toipik yang baru dan menarik dalam kehidupan nyata.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunkan sebagai solusi mengatasi
masalah kemampuan literasi sains siswa adalah dengan menggunkan model pembelajran
inkuiri terbimbing karena pembelajran inkuiri membantugurumengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian pembekajran inkuiri ini dapat meningkatkan literasi sains siswa dan
pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa (Fitriani W Harida, dan Lestari,I.,2014)
Tujuan utama pemebelajaran inkuiri adalah mendorong siswa untuk
mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berfikir dengan memberikan
pertanyaan-pertanyan (Suyanti, 2010). Hal ini didukung leh pendapat Whitehead (dalam
Rakhmawan, 2015) menyatakan bahwa”…in order to master knowledge, a student must
participate in the pedagogical prosess…instead of being a pasiive receiver”. Dalam
Vol. 4, No. 1, Januari 2023
p-ISSN 2798-4125 e- 2798-4311
3
https://glosains.greenpublisher.id
inkuiri siswa diajak untuk berfikir sehingga dapat membangun sikap produktif, analitis,
dan kritis. Dengan berfikir maka siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang
bermakna. Pengalaman belajar yang didapatkan oleh siswa ini akan memberikan makna
bagi kehidupan sehari-hari siswa nantinya.
Menurut Ertikanto (2016) model pembelajran diarikan sebagi prosedur sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajran.
Model pembelajran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajran yang
memungkinkan peserta didik, baik secara individual maupun kelompok aktif mencari,
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara mandiri dan terstruktur.
Menurut Piageat dalam (Erkanto, 2016) mengatakan bahwa model pembelajran
inquiry adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk
melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan
sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta
menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa
yang ditemuakannya dengan yang ditemukan siswa.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana keterlaksanaan dan
pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan literasi sains
siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keterlaksanaan dan pengaruh model
pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap literasi sains siswa.
Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini yang sesuai adalah pendekatan
campuran (mix method) dengan menggunakan kedua data yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif. Pada tahapan penelitian campuran ini dipilih dari aspek waktu sequential
timing, mendahulukan aspek kualitatif dan diikuti aspek kuantitatif yaitu jenis model
sequential exploratory (model urutan penemuan), dengan data kuantitatif lebih dominan
daripada data kualitatif (Cresswell, 2015).
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian yang dilakukan di kelas X.Mia. 1 SMA Negeri 4 Muaro Jambi
menunjukkan bahwa pada penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided
inkuiri) untuk meningkatkan kemampuan literasi sains siswa. Peningkatan diukur dari
lembar obdervasi aktivitas guru dan siswa, adapun data yang diperoleh berupa data
kualitatif dan data kuantitatif, serta didukung dengan menggunakan hasil tes soal essay.
Yang disusun berdasarkan indicator kemampuan proses sains.
1. Hasil Lembar Observasi
Lembar observasi dipergunakan sewaktu proses pembelajran secara
berlangsung didalam kelas. Observasi dilakukan untuk mengamati kemampuan dan
keterampilan proses sains siswa terhadap kegiatan pembelajran dan dokumen
pembelajran berupa laporan eksperimen atau lembar diskusi. Data keterlaksanaan
model pembelajran inkuiri terbimbing oleh siswa menggunkan lembar observasi
melalui aspek kuantitatif. Yang mana dari setiap aspek kegiatan dibaut 4 kriteria
penilaian dengan nilai terendah 1 dan tertinggi 4 sehingga didapat skor terendah 17
dan tertinggi 68. Dari presentase rata-rata sebesar 70,56% dapat disimpulkan bahwa
keterlaksanaan model pembelajran inkuiri terbimbing ini sudah pada kategori baik.
Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Pada Kemampuan Literasi Sains Siswa
Glosains: Jurnal
Global Indonesia
4
Elia Rosita
Tabel 1 : Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri
terbimbing Oleh Siswa
Pertemuan
Kategori
Pertemuan 1
Cukup Baik
Pertemuan 2
Baik
Pertemuan 3
Sangat Baik
Rata-rata
Baik
Gambar 2: Grafik keterlaksanaan model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
oleh siswa
Adapun hasil keterlaksanan model pembelajarn inkuiri terbombing oleh guru
umumnya sudah terlaksana dengan baik.
2. Hasil Kemampuan Sains Siswa
Data yang terakhir adalah data kemampuan literasi sains siswa, data ini
berupa soal tes essay, tes ini dilakukan diakhir pembelajran dimana setiap pertemuan
terdiri dari 5 soal, jawaban yang dijawab oleh siswa dinilai dengan melihat rubric
yang telah dibuat dengan menggunakan 4 kriteria yang telah dibuat disetiap soal.
Tabel 2 :Data Presentase Tes Kemampuan Literasi Sains Siswa
No soal
Skor rata-rata tiap pertemeuan
Rata-rata
1
2
3
1
2,50
2,34
2,81
2,55
2
2,69
3,75
3,80
3,31
3
2,66
3,44
3,63
3,24
4
2.03
2,22
3,16
2,47
5
2,13
2,50
2,75
2,46
Jumlah
12,01
14,25
15,85
14,04
Rata-rata
2,40
2,85
3,17
2,81
%
60,05
71,25
79,25
70,18
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 rata-rata
60.09%
70.04%
81.56%
70.56%
persentase keterlaksanaan model oleh siswa
Vol. 4, No. 1, Januari 2023
p-ISSN 2798-4125 e- 2798-4311
5
https://glosains.greenpublisher.id
Gambar3 : Grafik persentase hasil tes essay siswa
Berdasar kan tabel dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa pada pertemuan
pertama 60,05%, kemudian pada pertemuan kedua mengalami peningkatan dengan
presentase 71,25% dan pada pertemuan ketiga mengalami kenaikan dengan rata-rata
79,25%. Dari presentase rata-rata sebesar 70,18% dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
pada kategori baik.
Berdasarkan hipotesis dilakukan dengan mencari korelasi antara keterlaksanaan
model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kemampuan literasi sains dengan
menggunkan rumus korelasi product moment. Keterlaksanaan model dapat dilihat dari
lembar observasi, keterlaksanaan model oleh siswa. Sehingga yang dikorelasikan adalah
keterlaksanaan model pembelajran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan literasi sains
siswa, maka dilakukan uji lanjut dengan uji t.
Untuk mengetahui keeratan hubungan yang terjadi antara keterlaksanaan model
pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan literasi sains siswa digunakan
analisa korelasi sederhana dengan metode Pearson atau sering disebut Product Moment
Pearson. Hasil uji korelasi keterlaksanaan model inkuiri terbimbing dengan kemampuan
literasi sains siswa diperoleh rxy = 0,42. Selanjutnya nilai rxy yang diperoleh
diinterprestasikan untuk melihat kuatnya hubungan korelasi antara keterlaksanaan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dan kemampuan literasi sains siswa. Berdasarkan tabel
pedoman interpretasi koefisien relasi menurut Sugiyono (2017), nilai rxy 0,42 memiliki
tingkat hubungan sedang karena berada pada rentang 0,40 0,599. Hal ini berarti korelasi
antara keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kemampuan literasi
sains siswa pada penelitian ini memiliki tingkat hubungan yang sedang.
Gulo dalam (Trianto, 2007) menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran inkuiri
terbimbing dapat dilihat pada bagan berikut:
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Rata-rata
60.05%
71.25%
79.25%
70.18%
tes essay
Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Pada Kemampuan Literasi Sains Siswa
Glosains: Jurnal
Global Indonesia
6
Elia Rosita
Gambar 4 : Bagan pelaksanaan pembelajran inkuiri terbimbing
Dalam proses pembelajran, keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri
terbimbing oleh guru diamati oleh satu orang obsever berdasarkan langkah model setiap
kali pertemuan. Adapun langkah dari sintaks model pembelajran inkuiri terbimbing
menurut Sanjaya (2011) meliputi (1) orientasi; (2) merumuskan masalah); (3)
merumuskan hipotesis; (4) mengumpulkan data; (5) menguji hipotesis; (6) merumuskan
kesimpulan.
Tabel 3. Langkah- Langkah Pembelajran Model Inkuiri Terbimbing
No
langkah
Deskripsi Pembelajran
1
Orientasi
Guru mngkondisikan siswa pada proses
pembelajaran, untuk mempersiapkan alat dan sumber
belajar dan menciptakan Susana tenang.
2
Merumuskan
masalah
Guru melakukan bimbingan seperlunya pada siswa
dalam merumuskan masalah sesuai topic/materi.
3
Merumuskan
Hipotesis
Mendorong siswa untuk merumuskan jawaban
sementara atas pemecahan masalah kemudian
mendorong untuk merumuskan jawaban sementara
atas pemecahan masalah.
4
Mengumpulkan
Data
Memberi arahan kepada siswa untuk melakukan
kegiatan penyelidikan/eksperimen dan diskusi untuk
membuktikan kebenaran jawaban, dan
mengumpulkan data hasil eksperimen/penyelidikan.
5
Menguji Hipotesis
Mengarahkan siswa untuk menganalisis data
eksperimen dan menguji hipotesis yang telah
dirumuskan,
6
Merumuskan
kesimpulan
Membeimbing siswa dalam menyimpulkan materi
berdasarkan hasil penyelidikan/eksperimen.
Keterlaksanaan model pembelajaran imkuiri terbimbing oleh siswa pada
pertemuan pertama adalah 60,09% dengan kategori baik, pada pertemuan kedua sudah
baik, dengan presentase 70,04% menunjukkan terjadi peningkatan keterlaksanaan dengan
kategori baik. Hal ini dikarenakan siswa telah berusaha memperbaiki kekurangan-
kekurangan dari pertemuan sebelumnya. Secara keseluruhan langkah-langkah model
pembelajran inkuiri terbimbing oleh siswa dalam kategori baik karena presentase 70,56%.
Vol. 4, No. 1, Januari 2023
p-ISSN 2798-4125 e- 2798-4311
7
https://glosains.greenpublisher.id
Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Citra dan Muchlis (2017) yang
memperoleh respon siswa terhadap pembelajran inkuiri terbimbing didapatkan presentase
sebesar 79,35 dalam kategori baik.
Kemampuan literasi sains dieroleh dari post test setiap pertemuan diakhir
pembelajran. Adapun skor yang diperolah berdasarkan jawaban siswa dan dilihat skornya
dari empat kriteria yang telah dibuat dalam rubric. Soal pertama dengan indicator
memahami fenomena ilmiah, siswa akan mendapat skor 4 jika mampu menjawab dengan
benar, relevan dengan masalah, dan membahas secara mendalam. soal kedua dengan
indicator mengidentifikasi permasalahan ilmiah. Soal ketiaga dengan indicator
mendeskripsikan atau menafsirkan fenomena ilmiah dan memprediksi perubahan. Soal
keempat dengan indicator mengidentifikasi asumsi, bukti dan alsan dibalik kesimpulan.
Soal kelima dengan indicator menerapkan konsep sains secara personal, social dan global.
Siswa akan mendapatkan skor 2 jika mampu menerapkan konsep sains secara personal
saja, social saja, atau hanya global saja. Siswa akan mendapatkan skor 1 jika tidak ada
jawaban. Opresentase soal pada indicator ini adalah sebesar 6,67%.
Jadi, secara keseluruhan kemampuan literasi sains siswa perlahan meningkat
meskipun tidak signifikan. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh yang positif antara
tindakan yang dilakukan guru dengan respon siswa pada saat pembelajran pada tiap-tiap
peremuan. Hal ini sesuai dengan matrik hubungan antara tindakan yang dilakukan guru
dengan tindakan siswa terhadap kemampuan literasi sains siswa. Hal ini sesuai menurut
Gagne dalam Slameto (2013) yang menyatakan bahwa sikap dapat diubah dari kebiasaan-
kebiasaan yang secara rutin dilakukan. Sikapmerupakan factor yang beperan menentukan
prestasi yang dapat dicapai siswa pada akhir pembelajran. Sehingga lebih memahami
materi yang diberikan dan pada akhirnya akan menunjukkan prestasi baik.
Berdasarkan hasil uji korelasi product moment, diperoleh nilai rxy sebesar 0,42,
jika diinterpretasikan memiliki tingkat hubungan yang sedang. Hal ini berarti korelasi
antara pelaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kemampuan literasi sains
pada penelitian ini memiliki tingkat hubungan sedang. Hal ini diindikasikan karena
beberapa faktor, saat penelitian dilakukan saat-saat jam siang karena saat jam-jam siang
banyak siswa yang sudah tidak konsen untuk belajar, siswa juga sering telat dengan
alasan baru selesai beribadah jadi waktunya kurang efektif. Senada dengan pendapat
Hakim (2005) seorang siswa akan dapat mencapai keberhasilan dalam belajar, jika ia
memiliki waktu yang tepat untuk belajar dan bisa mengatur waktu tersebut agar lebih
efisien sehingga proses pembelajaran lebih efektif. Hal ini didukung oleh Sirait (2016)
Lingkungan yang baik dan sehat dapat mendorong siswa untuk memiliki keinginan dan
kegairahan belajar. Selain lingkungan, keinginan dan kegairahan belajar dipengaruhi oleh
kondisi siswa itu sendiri pada saat belajar, jika kondisi yang dihadapi kurang mendukung
biasanya siswa akan cenderung kurang berminat untuk belajar ataupun kurang
konsentrasi dalam mengikuti setiap pelajaran yang diberikan. Faktor lainnya yaitu pada
guru, karena guru yang mengajar baru mempunyai pengalaman pengajar saat Praktek
Pengembangan Lapangan (PPL) selama kurang lebih satu bulan sehingga ada kegugupan
atau kesalahan-kesalahan yang tidak disadari, sesuai dengan pendapat Sugiyono (dalam
Edy Suwarno, 2002) menyebutkan bahwa kemampuan kerja guru pengaruhi beberapa
faktor, seperti potensi dasar, latar belakang pendidikan, pendidikan/ pelatihan, dan
pengalaman mengajar.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa(1) Keterlaksanaan
model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan literasi sains siswa pada
materi redoks kelas X Mia.1 SMAN 4 Muaro Jambi terlaksana dengan baik, yang
Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Pada Kemampuan Literasi Sains Siswa
Glosains: Jurnal
Global Indonesia
8
Elia Rosita
ditunjukkan dengan peningkatan hasil persentasi keterlaksanaan oleh siswa pada setiap
pertemuan. Sebesar 60,09% pada pertemuan pertama, 70,04% pada pertemuan kedua dan
81,56% pada pertemuan ketiga.(2) Terdapat pengaruh keterlaksanaan model
pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan literasi sains siswa dengan nilai
rxy = 0,42 dengan kategori hubungan yang sedang.
Bibliography
Ahmadi, A. dan Supriyono,W., 2013.Psikologi belajar.Jakarta:Rineka Cipta.
Ambarsari. W., Santoso, S., dan Maridi., 2013. Penerapan pembelajaran inkuiri
terbimbing terhadap keterampilan sains dasar pada pelajaran biologi siswa kelas VIII
SMP Negri 7 Surakarta. jurnal pendidikan biologiUNS, 5 (1( :8195.
Al Tabany I. B.Y., 2014. Mendesain Pembelajaran inofatif, Progresif, dan
kontektual. Jakarta: prenada Media Group.
Baharudin dan Wahyuni, E. N., 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:
ar-ruzz Media.
Citra dan Muchlis., 2017. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Untuk melatihkan Kemampuan Lierasi Sains Siswa Pada Materi Kesetimbangan Kimia
Kelas XI SMA negri 1Manyar Gresik,unesa Journal Of Chemical Education. 6(1): 102-
110.
Creswell, John W., 2015. Penelitian Kualitatif & Desain Riset. Yogyakarta :
Pustaka Belajar.
Miller, D. M., and Demetra A. C. C., 2016. Integrating the Liberal Arts and
Chemistry: A Series of General Chemistry Assignments to Develop Science Literacy.
Joural of Chemical Education.
Mulyasa, E., 2006. Menjadi Guru Profesional :Menciptakan Pembelajran Kreatif
Dan Menyenangkan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sani, B., 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan
Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata Pena.
Sanjaya, W., 2011. Strategi Pembelajran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media Group.
Sugiyono., 2017. Metode Penelitian Manajemen. Bandung : alfabeta.
Suyanti., 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta : graha Ilmu.
Suyono., 2014. Belajar Dan Pembelajran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Uno, H. B. dan Mohamad, N., 2014. Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran
Aktif, inifatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik. Jakarta: bumi Aksara.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-
ShareAlike 4.0 International License.