Vol. 4, No. 1, Januari 2023
p-ISSN 2798-4125 e- 2798-4311
https://glosains.greenpublisher.id
Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Citra dan Muchlis (2017) yang
memperoleh respon siswa terhadap pembelajran inkuiri terbimbing didapatkan presentase
sebesar 79,35 dalam kategori baik.
Kemampuan literasi sains dieroleh dari post test setiap pertemuan diakhir
pembelajran. Adapun skor yang diperolah berdasarkan jawaban siswa dan dilihat skornya
dari empat kriteria yang telah dibuat dalam rubric. Soal pertama dengan indicator
memahami fenomena ilmiah, siswa akan mendapat skor 4 jika mampu menjawab dengan
benar, relevan dengan masalah, dan membahas secara mendalam. soal kedua dengan
indicator mengidentifikasi permasalahan ilmiah. Soal ketiaga dengan indicator
mendeskripsikan atau menafsirkan fenomena ilmiah dan memprediksi perubahan. Soal
keempat dengan indicator mengidentifikasi asumsi, bukti dan alsan dibalik kesimpulan.
Soal kelima dengan indicator menerapkan konsep sains secara personal, social dan global.
Siswa akan mendapatkan skor 2 jika mampu menerapkan konsep sains secara personal
saja, social saja, atau hanya global saja. Siswa akan mendapatkan skor 1 jika tidak ada
jawaban. Opresentase soal pada indicator ini adalah sebesar 6,67%.
Jadi, secara keseluruhan kemampuan literasi sains siswa perlahan meningkat
meskipun tidak signifikan. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh yang positif antara
tindakan yang dilakukan guru dengan respon siswa pada saat pembelajran pada tiap-tiap
peremuan. Hal ini sesuai dengan matrik hubungan antara tindakan yang dilakukan guru
dengan tindakan siswa terhadap kemampuan literasi sains siswa. Hal ini sesuai menurut
Gagne dalam Slameto (2013) yang menyatakan bahwa sikap dapat diubah dari kebiasaan-
kebiasaan yang secara rutin dilakukan. Sikapmerupakan factor yang beperan menentukan
prestasi yang dapat dicapai siswa pada akhir pembelajran. Sehingga lebih memahami
materi yang diberikan dan pada akhirnya akan menunjukkan prestasi baik.
Berdasarkan hasil uji korelasi product moment, diperoleh nilai rxy sebesar 0,42,
jika diinterpretasikan memiliki tingkat hubungan yang sedang. Hal ini berarti korelasi
antara pelaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kemampuan literasi sains
pada penelitian ini memiliki tingkat hubungan sedang. Hal ini diindikasikan karena
beberapa faktor, saat penelitian dilakukan saat-saat jam siang karena saat jam-jam siang
banyak siswa yang sudah tidak konsen untuk belajar, siswa juga sering telat dengan
alasan baru selesai beribadah jadi waktunya kurang efektif. Senada dengan pendapat
Hakim (2005) seorang siswa akan dapat mencapai keberhasilan dalam belajar, jika ia
memiliki waktu yang tepat untuk belajar dan bisa mengatur waktu tersebut agar lebih
efisien sehingga proses pembelajaran lebih efektif. Hal ini didukung oleh Sirait (2016)
Lingkungan yang baik dan sehat dapat mendorong siswa untuk memiliki keinginan dan
kegairahan belajar. Selain lingkungan, keinginan dan kegairahan belajar dipengaruhi oleh
kondisi siswa itu sendiri pada saat belajar, jika kondisi yang dihadapi kurang mendukung
biasanya siswa akan cenderung kurang berminat untuk belajar ataupun kurang
konsentrasi dalam mengikuti setiap pelajaran yang diberikan. Faktor lainnya yaitu pada
guru, karena guru yang mengajar baru mempunyai pengalaman pengajar saat Praktek
Pengembangan Lapangan (PPL) selama kurang lebih satu bulan sehingga ada kegugupan
atau kesalahan-kesalahan yang tidak disadari, sesuai dengan pendapat Sugiyono (dalam
Edy Suwarno, 2002) menyebutkan bahwa kemampuan kerja guru pengaruhi beberapa
faktor, seperti potensi dasar, latar belakang pendidikan, pendidikan/ pelatihan, dan
pengalaman mengajar.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa(1) Keterlaksanaan
model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan literasi sains siswa pada
materi redoks kelas X Mia.1 SMAN 4 Muaro Jambi terlaksana dengan baik, yang