Vol. 1, No. 2, Juli 2020
p-ISSN 2798-4125; e-ISSN 2798-4311
75 glosains.greenpublisher.id
FUNGSI PANCASILA SEBAGAI PEREKAT PERSATUAN BANGSA
DENGAN EFEKTIVITAS KEGIATAN BELAJAR DI LUAR KELAS
Rachmadi
SD Negeri Ajung 01
Diterima:
2 Juli 2020
Direvisi:
5 Juli 2020
Disetujui:
9 Juli 2020
Abstrak
Salah satu metode pembelajaran yang lebih memberdayakan
siswa dan sesuai dengan K13 adalah metode pembelajaran
dengan outing class dengan memanfaatkan halaman sekolah
sebagai lokasi pembelajaran. Metode ini mempunyai beberapa
keunggulan, yaitu mendorong siswa untuk belajar lebih aktif
dan ikut berperan dalam kegiatan belajar mengajar, menerapkan
konsep belajar sambil berekreasi (learning by doing and
refreshing), dapat menghilangkan rasa jenuh selama belajar di
dalam kelas dan dapat mengembangkan kehidupan demokrasi
dalam dunia pendidikan. Adapun masalah yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah mengenai efektivitas kegiatan
belajar dengan outing class (belajar di luar kelas) untuk
meningkatkan hasil belajar PKN Materi mengenal fungsi
pancasila sebagai perekat persatuan bangsa siswa Kelas V di
SD Negeri Ajung 01 Kecamatan Kalisat Semester Ganjil
Tahun Pelajaran 2019-2020 pada pembelajaran PKN.
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa Kelas V
dalam proses pembelajaran PKN Penelitian tindakan ini
menggunakan 3 (tiga) siklus. Masing-masing siklus terdiri dari
empat tahap, yaitu merencanakan, melakukan tindakan,
mengamati dan merefleksi. Keempat fase tersebut merupakan
suatu siklus yang digambarkan dengan sebuah spiral penelitian
tindakan kelas. Dari hasil penelitian, analisa data dan pengujian
hipotesis yang telah penulis laksanakan terhadap siswa Kelas V
SD Negeri Ajung 01 Kecamatan Kalisat, dapat diambil
kesimpulan bahwa Pembelajaran PKN luar kelas di luar kelas
atau halaman sekolah pada pembelajaran PKN mampu
meningkatkan hasil belajar siswa materi mengenal fungsi
pancasila sebagai perekat persatuan bangsa.
Kata Kunci: Efektivitas, luar kelas, hasil belajar PKN
Abstract
One of the learning methods that empowers students more and
in accordance with K13 is the method of learning by outing the
class by utilizing the school yard as a learning location. This
method has several advantages, namely encouraging students to
learn more actively and play a role in teaching and learning
activities, applying the concept of learning by doing and
refreshing, can eliminate boredom during learning in the
classroom and can develop a democratic life in the world of
education. The problems that will be examined in this study are:
how effective is the effectiveness of learning activities with
Fungsi Pancasila Sebagai Perekat Persatuan Bangsa
Dengan Efektifitas Kegiatan Belajar Di Luar Kelas
Glosains: Jurnal
Global Indonesia
Rachmadi 76
outing class (learning outside the classroom) to improve the
learning outcomes of PKN Materials know the function of
pancasila as an adhesive of national unity of Grade V students
at SD Negeri Ajung 01 Kalisat Subdistrict Odd Semester 2019-
2020 on PKN learning. This research is a Class Action Research
(PTK) that aims to increase the learning motivation of Grade V
students in the learning process pkn This action study uses 3
(three) cycles. Each cycle consists of four stages, namely
planning, performing actions, observing and reflecting. These
four phases are a cycle described with a class action research
spiral. From the results of the study, data analysis and
hypothesis testing that has been carried out on students of
Grade V SD Negeri Ajung 01 Kalisat Subdistrict, it can be
concluded that, PKN learning outside the classroom or in the
school yard in PKN learning is able to improve students'
learning outcomes Materials know the function of pancasila as
an adhesive of national unity.
Keywords: Effectiveness, outside the classroom,
PKN learning outcomes
Pendahuluan
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah adalah
motivasi belajar. Pembelajaran erat kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Selama
ini tujuan pembelajaran adalah bagaimana materi dapat disamapaikan sesuai tuntutan
kurikulum, sehingga peserta didik dapat menguasai materi sesuai yang ditetapkan. Namun
ada pula yang menekankan pada aspek aktivitas dan kreativitas siswa dalam pembelajaran,
sehingga akan terjalin suatu hubungan atau interaksi yang harmonis. Interaksi ini dapat
terjadi antara guru dengan siswa, sesama siswa serta interaksi dengan lingkungan (Inah,
2015).
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus
dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan, mustahil sekelompok manusia dapat
mengembangkan kehidupannya apalagi berinteraksi antara satu kelompk dengan kelompok
lainnya. Salah satu jalan pemerintah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa adalah
pendidikan dasar yang terdiri dari Sekolah Dasar (SD) dan sekolah lanjutan tingkat pertama
(SLTP) dan sekolah menengah yaitu sekolah lanjutan tingkat menengah atas (SLTA)
(Dewi, Zukhri, & Dunia, 2014).
Berdasarkan hasil observasi dan pengalaman pribadi penulis yang mengajar di SD
Negeri Ajung 01, metode belajar yang sering digunakan oleh guru SD adalah metode
ceramah. Dalam metode ceramah ini guru yang tampak aktif dan bertindak sebagai sumber
belajar, sehingga siswa pasif. Hal ini membuat siswa hanya menguasai aspek pengetahuan
saja karena dengan membaca atau menghafal dan mendengar mereka bisa tapi untuk
bersosial atau berinteraksi dengan teman maupun lingkungan masih kurang baik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi, kemampuan siswa dalam bergaul
dan berinteraksi dengan teman maupun lingkungan masih tergolong rendah (Sari, 2018).
Hal ini ditunjukkan dengan sikap siswa yang selalu pasif dan kurang berpartisipasi dalam
segala hal terutama dalam proses pembelajaran. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor
antara lain faktor lingkungan, perbedaan golongan status sosial atau watak dari siswa itu
sendiri. Aktivitas belajar adalah kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari pengalaman hal-hal yang dialami masa lalu. Sedangkan aktivitas
belajar di luar kelas adalah kegiatan belajar siswa di luar kegiatan belajar di kelas, jadi bisa
Vol. 1, No. 2, Juli 2020
p-ISSN 2798-4125; e-ISSN 2798-4311
77 glosains.greenpublisher.id
dilaksanakan di perpustakaan, di lingkungan sekolah ataupun di luar jam belajar di sekolah.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah melakukan
proses pembelajaran PKN berupa nilai ulangan harian (kemampuan pengetahuan), dan
kemampuan keterampilan. Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai setelah dilakukan,
dikerjakan dan sebagainya (Sahabuddin, 2016).
Adapun masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
Efektivitas kegiatan belajar di luar kelas untuk meningkatkan Hasil Belajar pada
pembelajaran PKN materi mengenal fungsi pancasila sebagai perekat persatuan bangsa
pada siswa Kelas V SD Negeri Ajung 01 Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019-2020.
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui
bagaimanakah Efektivitas kegiatan belajar di luar kelas untuk meningkatkan hasil belajar
pada pembelajaran PKN materi mengenal fungsi pancasila sebagai perekat persatuan
bangsa pada siswa Kelas V SD Negeri Ajung 01 Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019-
2020. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah bagi siswa, diharapkan dapat
digunakan sebagai sarana penunjang dalam pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas
belajar, bagi lembaga diharapkan dapat memberikan sumbangan ide dalam peningkatan
kualitas pembelajaran, bagi guru, dapat memberi informasi tentang alternatif pembelajaran.
Belajar adalah suatu proses dimana seseorang berubah perilakunya sebagai akibat
adanya pengalaman yang merupakan aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi. Menurut Sudjana hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya (Faizah & Khairiyah, 2019). Pada hakikatnya
hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa setelah melakukan belajar yang biasanya
ditunjukkan dalam bentuk nilai atau angka.
Pengertian belajar diungkapkan Slameto ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Muslih,
2016). Kurikulum berbasis kompetensi digunakan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) yang merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi
dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,
sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatas,
sedikit demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk
memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat (Irawati, 2012).
Karenanya guru tidak hanya berperan sebagai sumber informasi, tapi juga sebagai
motivator dan fasilitator agar tercipta suasana kondusif dalam proses belajar mengajar yang
dapat dicapai melalui strategi atau metode yang tepat.
Pembelajaran merupakan upaya guru secara sistematis dan terprogram untuk
membuat peserta didik melakukan kegiatan belajar secara aktif agar mereka mengubah,
mengembangkan atau mengendalikan sikap dan perilakunya sampai batas kemampuan
yang maksimal (Saputro, 2018). Begitu pula dengan pembelajaran IPS sebagai wahana
untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai pada siswa, sehingga
mampu menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang PKN untuk mengatasi
persoalan-persoalan hidup (Subardiyono & Salamah, 2015).
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa
sebagai peserta didik (Fatmawati & Rozin, 2018).
Tujuan pembelajaran dalam setiap proses pembelajaran akan terus mengalami
perubahan sesuai dengan perkembangan IPTEK, untuk itu guru dituntut memiliki suatu
Fungsi Pancasila Sebagai Perekat Persatuan Bangsa
Dengan Efektifitas Kegiatan Belajar Di Luar Kelas
Glosains: Jurnal
Global Indonesia
79 glosains.greenpublisher.id
strategi atau metode pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas siswa
seperti metode permainan, sehingga pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien
serta mampu mengubah mengubah paradigma guru mengajar menjadi siswa belajar
(student active learning).
Salah satu metode pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa dan sesuai
dengan KBK adalah metode pembelajaran dengan luar kelas dengan memanfaatkan
halaman sekolah sebagai lokasi pembelajaran. Metode ini mempunyai beberapa
keunggulan, yaitu mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan ikut berperan dalam
kegiatan belajar mengajar, menerapkan konsep belajar sambil berekreasi (learning by
doing and refreshing), dapat menghilangkan rasa jenuh selama belajar di dalam kelas dan
dapat mengembangkan kehidupan demokrasi dalam dunia pendidikan (Putri, 2012).
Guru sebagai pendidik harus kreatif dan inovatif dalam penyajian pembelajaran PKN
di sekolah. Oleh karena itu dalam pemilihan metode pembelajaran PKN haruslah dapat
menjadikan siswa aktif selama proses belajar mengajar berlangsung. Metode pembelajaran
adalah suatu cara guru dalam berinteraksi dengan siswa pada saat proses belajar mengajar
(Inah, 2015).
Di dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dikembangkan pendekatan yang
berbasis kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Pendekatan CTL
merupakan konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit dari proses mengkonstruksi
sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota
masyarakat (Jannah, 2015).
Menurut (Junaidi, 2016), pembelajaran di luar kelas atau dikenal dengan istilah
kegiatan lapang merupakan metode pembelajaran dimana guru membawa siswanya ke luar
kelas untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari di dalam kelas, dengan memanfaatkan
halaman sekolah sebagai sumber pembelajaran.
Salah satu metode pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa dan sesuai
dengan KBK adalah metode pembelajaran dengan memanfaatkan halaman sekolah sebagai
media pembelajaran. Metode ini mempunyai beberapa keunggulan, yaitu mendorong siswa
untuk belajar lebih aktif dan ikut berperan dalam kegiatan belajar mengajar, menerapkan
konsep belajar sambil berekreasi (learning by doing and refreshing), dapat menghilangkan
rasa jenuh selama belajar di dalam kelas dan dapat mengembangkan kehidupan demokrasi
dalam dunia pendidikan (Ridwan, Mursyid, & Ulfah, 2018).
Proses belajar mengajar di sekolah selama ini cenderung terpusat pada guru (teacher
oriented), guru menggunakan metode pembelajaran yang sifatnya satu arah, dimana guru
lebih memberi informasi dan siswa sebagai pendengar (Salay, 2019). Metode dan
pendekatan konvensional yang diterapkan pada beberapa mata pelajaran mungkin masih
efektif, namun untuk pembelajaran PKN diperlukan variasi dalam penyampaiannya agar
lebih mudah diterima dan dPKn hami, serta tidak menyebabkan pembelajaran di dalam
kelas terkesan monoton dan membosankan. Keadaan ini menyebabkan pola pembelajaran
PKN bersifat instruksi bukan konstruksi, sehingga yang dihasilkan adalah siswa yang
pandai menghafal konsep dan tidak dapat menerapkan ilmunya dalam kehidupan sehari-
hari. Hal tersebut menyebabkan siswa bersifat pasif dalam belajarnya. Proses belajar yang
demikian menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui penilain dan evaluasi, penilaian itu
menetapkan baik buruknya hasil kegiatan pembelajaran yang menekan diperolehnya
informasi tentang perolehan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan
Vol. 1, No. 2, Juli 2020
p-ISSN 2798-4125; e-ISSN 2798-4311
79 glosains.greenpublisher.id
dan dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana bahan yang dipelajari dapat dipahami oleh
siswa. Jadi, guru bisa melihat adanya peningkatan Hasil Belajar siswa setelah dilakukan
tindakan pembelajaran. Tes dapat berperan sebagai alat ukur kemampuan siswa atas materi
yang telah dipelajari bersama. Lebih lanjut dijelaskan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajarnya dalam
bentuk perubahan tingkah laku. Hasil belajar siswa dapat diukur dari aspek pengetahuan ,
perilaku dan keterampilan . Untuk aspek Pengetahuan bisa diperoleh dari nilai tugas
maupun tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes formatif. Tes formatif
adalah tes untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu
program tertentu.
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa Kelas V dalam proses pembelajaran PKN Penelitian
tindakan ini menggunakan 3 (tiga) siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap,
yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati dan merefleksi. Keempat fase
tersebut merupakan suatu siklus yang digambarkan dengan sebuah spiral penelitian
tindakan kelas seperti ditunjukkan dalam gambar :
Tidak Tuntas
Tuntas
Gambar 1. Alur Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan gambar model spiral di atas, penelitian tindakan kelas yang peneliti
terapkan berupa proses pengkajian berdaur yang terdiri atas empat fase, yaitu perencanaan,
melakukan tindakan, mengamati dan merefleksi. Tahap ini merupakan tahap merencanakan
segala sesuatu yang akan dilakukan dalam penelitian. Kegiatan yang akan dilakukan dalam
tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut Menyusun silabus dan rencana pembelajaran,
Membentuk kelompok-kelompok kecil dan membuat daftar yang berisi nama-nama
kelompok, mempersiapkan daftar pertanyaan-pertanyaan untuk dibagikan kepada seluruh
siswa sebagai bahan pencarian informasi ketika melakukan pengamatan. Analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu berusaha memaparkan data yang
diperoleh dari hasil pelaksanaan tindakan yang mencakup proses dan dampak yang terjadi
dalam suatu siklus secara keseluruhan, selanjutnya dilakukan refleksi untuk mengkaji apa
Refleksi
Selesai
Siklus
Berikutnya
Fungsi Pancasila Sebagai Perekat Persatuan Bangsa
Dengan Efektifitas Kegiatan Belajar Di Luar Kelas
Glosains: Jurnal
Global Indonesia
Rachmadi 80
yang telah dihasilkan atau belum berhasil dituntaskan dengan tindakan yang telah
dilakukan. Untuk dapat menentukan apakah pembelajaran IPS di luar kelas pada pokok
bahasan penampakan alam dapat meningkatkan hasil belajar dapat ditinjau dari persentase
hasil belajar siswa pada aspek Pengetahuan , aspek prilaku dan aspek Keterampilan. Untuk
mencari ketuntasan belajar siswa secara individual dan klasikal digunakan rumus:
a) Ketuntasan secara individual = Jumlah skor yang diperoleh x 100%
Jumlah skor maksimal
b) Ketuntasan secara klasikal = Jumlah siswa yang tuntas belajar x 100 %
Jumlah semua siswa
Hasil dan Pembahasan
Metode yang sering digunakan di SD Negeri Ajung 01 Kecamatan Kalisat yaitu
diskusi tanya jawab dengan mengerjakan LKS yang disertai ceramah. Menurut guru Kelas
mengenai pembelajaran di luar kelas pada pembelajaran PKN dianggap sesuai dengan
pembelajaran tersebut karena siswa akan terlihat lebih aktif darpada metode yang
sepenuhnya ceramah saja, sehingga dalam proses pembelajaran tidak menggunakan media
apapun selain LKS.
Tabel 1: Hasil belajar siswa pada pembelajaran PKN sebelum dilakukan
pembelajaran di luar kelas
Ulangan
Harian
Rata-rata Hasil Belajar Siswa
Persentase Ketuntasan
Belajar Siswa
1
42,73
53,90%
2
54,2
60,00 %
3
60,43
64,46%
Setelah pelaksanaan proses pembelajaran selanjutnya diadakan tes untuk
mengetahui hasil belajar siswa aspek Pengetahuan. Tes dibuat oleh peneliti dengan
berkonsultasi bersama pembimbing dan guru di sekolah tersebut. Hasil belajar siswa pada
pembelajaran di luar kelas dengan memanfaatkan halaman sekolah sebagai media
pembelajaran PKN terdapat pada tabel 2 :
Tabel 2. Hasil belajar siswa Kelas V aspek Pengetahuan dengan pembelajaran
di luar kelas pada pembelajaran PKN
Siklus
Jumlah
Siswa
Jumlah
siswa yang
tuntas
Jumlah siswa
yang tidak
tuntas
Rata-rata Hasil
Belajar Siswa
Persentase
Ketuntasan Belajar
klasikal
I
30
21
9
71,67
70,00%
II
30
23
7
77,37
76,67%
III
30
27
3
79,07
90,00%
Vol. 1, No. 2, Juli 2020
p-ISSN 2798-4125; e-ISSN 2798-4311
81 glosains.greenpublisher.id
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata tertinggi diperoleh pada siklus II,
sedangkan rata-rata hasil belajar siswa terendah diperoleh pada siklus I. Dan persentase
ketuntasan belajar siswa tertinggi diperoleh pada siklus III, sedangkan persentase
ketuntasan belajar siswa terendah diperoleh pada siklus I.
Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung aktivitas siswa selama
pembelajaran di luar kelas berlangsung. Aktivitas yang diamati meliputi penilaian
Keterampilan dan keaktifan siswa. Hasil penilaian observasi penilaian Keterampilan dan
keaktifan siswa, terdapat pada tabel 3 :
Tabel 3: Hasil belajar siswa Kelas V aspek keterampilan dengan pembelajaran
di luar kelas pada pembelajaran PKN
Siklus
Jumlah
Siswa
Jumlah
Siswa yang
Tuntas
Jumlah Siswa
yang tidak
Tuntas
Rata-rata
Hasil Belajar
Siswa
Persentase
Ketuntasan
Belajar klasikal
I
30
17
13
66,42
56,67%
II
30
24
6
75,40
76,67%
III
30
29
1
79,95
96,67%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata aspek Keterampilan tertinggi
diperoleh pada siklus III, sedangkan rata-rata hasil belajar siswa terendah diperoleh pada
siklus I. Persentase ketuntasan belajar siswa tertinggi diperoleh pada siklus III, sedangkan
persentase ketuntasan belajar siswa terendah diperoleh pada siklus I. Secara umum
perolehan rata-rata hasil belajar dan persentase ketuntasan belajar siswa secara klasiklal
pada aspek Pengetahuan dan aspek Keterampilan dapat dilihat dari tabel 4
Tabel 4 : Rata-rata hasil belajar siswa dan persentase belajar siswa secara klasikal
aspek Pengetahuan, dan aspek Keterampilan pada siklus I, siklus II dan siklus III
Siklus
REKAP RATA-RATA DAN PROSENTASE
Pengetahuan
Keterampilan
Pengetahuan
Keterampilan
I
71,67
66,42
70,00%
56,67%
II
77,37
75,40
76,67%
76,67%
III
79,07
79,95
90,00%
96,67%
Dari tabel di atas diketahui peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dan ketuntasan
belajar siswa secara klasikal. Untuk lebih memperjelas peningkatan rata-rata hasil belajar
siswa dapat dilihat dalam gambar 2.
Fungsi Pancasila Sebagai Perekat Persatuan Bangsa
Dengan Efektifitas Kegiatan Belajar Di Luar Kelas
Glosains: Jurnal
Global Indonesia
Rachmadi 82
Gambar 2. Grafik peningkatan rata-rata hasil belajar siswa aspek
Pengetahuan dan aspek Keterampilan pada siklus I, siklus
II dan siklus III.
Sedangkan grafik peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal
dapat dilihat dari gambar 3.
Gambar 3. Grafik peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa
Pengetahuan dan aspek Keterampilan pada siklus I,
siklus II dan siklus III.
Kedua grafik tersebut menunjukkan adanya peningkatan rata-rata hasil belajar
siswa aspek Pengetahuan, dan Keterampilan. Dari grafik, terlihat kurva yang semakin naik
dari siklus I ke siklus II dan III. Hal ini menandakan bahwa persentase ketuntasan belajar
siswa aspek Pengetahuan, dan Keterampilan semakin meningkat.
Peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dan persentase ketuntasan belajar siswa
aspek Pengetahuan dan aspek Keterampilan pada siklus I, II dan III dapat dilihat pada
tabel 5.
0.000
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
1
2
3
Siklus
Rata-rata Hasil Belajar
Pengetahuan
Keterampilan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1
2
3
Siklus
Prosentase (%)
Pengetahuanf
Keterampilan
Vol. 1, No. 2, Juli 2020
p-ISSN 2798-4125; e-ISSN 2798-4311
83 glosains.greenpublisher.id
Tabel 5: Peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar
siswa aspek Pengetahuan, dan aspek Keterampilan pada siklus I, II dan III
Peningkatan
Aspek
Pasangan Siklus
I II
II III
Rata-rata Hasil Belajar
Siswa
Pengetahuan
4,43
3,14
Keterampilan
7,25
9,60
Persentase Ketuntasan
Belajar Siswa
Pengetahuan
10,97%
6,44%
Keterampilan
21,31%
26,97%
Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa rata-rata hasil belajar siswa aspek Pengetahuan
dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebanyak 4,43, dari siklus II ke siklus III
mengalami peningkatan sebanyak 3,14. Rata-rata hasil belajar siswa aspek Keterampilan
dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebanyak 7,25, dari siklus II ke siklus III
mengalami peningkatan sebanyak 9,60. Sedangkan peningkatan persentase ketuntasan
belajar siswa secara klasikal aspek Pengetahuan dari siklus I dan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 10,97%, dari siklus II dan siklus III mengalami peningkatan
sebanyak 6,44%. Persentase ketuntasan belajar aspek aspek Keterampilan dari siklus I ke
siklus II mengalami peningkatan sebanyak 21,31%, dari siklus II ke siklus III mengalami
peningkatan sebanyak 26,97%. Pada pelaksanaan tindakan yang diawali dengan presentasi
oleh guru, siswa terlihat aktif bertanya mengenai hal-hal yang akan dilakukan di luar kelas
yaitu di halaman sekolah. Pada tahap ini peneliti juga berusaha meningkatkan motivasi
belajar siswa dengan memberitahukan manfaat yang akan diperoleh siswa dengan
melakukan pembelajaran di luar kelas di halaman sekolah.
Suasana gaduh dan ramai mulai timbul pada saat guru menginformasikan kepada
siswa untuk melakukan pembelajaran di luar kelas di halaman sekolah. Para siswa masih
kebingungan dan berusaha mencari posisi yang tepat untuk mengerjakan tugas yang telah
diberikan bersama kelompoknya. Selama kegiatan pembelajaran pada siklus I masih
banyak terlihat siswa yang tidak mengikuti pembelajaran bahkan siswa terlihat berjalan-
jalan dan bermain di sekitar halaman dan koridor sekolah. Menurut Suratno (2005:9) fakta
demikian tidak perlu dirisaukan oleh karena sepanjang masih mengikuti proses
pembelajaran maka bermain dengan kawan tidak menjadi masalah. Justru dengan demikian
siswa terlatih untuk bersosialisai dengan kawan.
Pelaksanaan tes formatif dilaksanakan setelah siswa melaksanakan pembelajaran
dan mendiskusikan hasil jawaban tugas di dalam kelas untuk mengetahui tingkat
ketuntasan belajar siswa secara individual maupun secara klasikal. Dari hasil analisis dapat
diketahui bahwa terdapat peningkatan ketuntasan belajar siswa pada tiap siklus baik secara
individual maupun secara klasikal. Pada awal siklus dikatakan tidak tuntas belajar sebab
ketuntasan belajar klasikal belum mencapai 80% atau lebih yaitu pada siklus I persentase
ketuntasan belajarnya adalah 70,00% dengan rata-rata hasil belajar siswa 71,67, pada siklus
II ketuntasan belajarnya adalah 76,67% dengan rata-rata hasil belajar siswa 77,37, tetapi
pada akhir siklus (siklus III) diketahui bahwa persentase ketuntasan belajar siswa adalah
90,00%, sehingga dapat dikatakan telah tuntas belajar sebab siswa yang telah tuntas belajar
secara individu lebih dari 80% dengan rata-rata hasil belajar sebesar 79,07. Dari hasil
obeservasi juga diketahui adanya peningkatan ketuntasan belajar aspek Keterampilan pada
Fungsi Pancasila Sebagai Perekat Persatuan Bangsa
Dengan Efektifitas Kegiatan Belajar Di Luar Kelas
Glosains: Jurnal
Global Indonesia
Rachmadi 84
tiap siklus. Persentase ketuntasan belajar aspek Keterampilan siklus I adalah
41,02% dengan rata-rata hasil belajar siswa sebesar 66,42, siklus II adalah 76,67% dengan
rata-rata hasil belajar siswa sebesar 75,40 Hasil tersebut dikatakan tidak tuntas belajar
karena belum mencapai 80% atau lebih. Pada siklus III dikatakan telah tuntas belajar sebab
ketuntasan belajar klasikalnya telah melebihi 80% yaitu 96,67% dengan rata-rata hasil
belajar siswa sebesar 79,95.
Tidak semua siswa tuntas belajarnya, hal ini wajar saja karena faktor intern (dalam
diri siswa) juga ikut berpengaruh, seperti intelektual, pengetahuan prasyarat dan
pengalaman belajar siswa. Ketidaktuntasan siswa dalam belajar siswa pada Siklus I
dikarenakan pembelajaran ini merupakan hal baru bagi siswa sehingga penerapan
pembelajaran ini kurang maksimal. Jadwal PKN yang salah satunya dialokasikan pada
siang hari, juga menjadi kendala sebab udara yang panas membuat gairah dan minat siswa
kurang yang mengakibatkan siswa kurang teliti dan tergesa-gesa dalam mengerjakan soal.
Akan tetapi siklus II dapat diatasi dengan melakukan perbaikan-perbaikan, yaitu
mengadakan pendekatan terhadap siswa dengan menanyakan apa saja yang belum
dimengerti oleh siswa misalnya mengenai manfaat diadakannya pembelajaran serta
menentukan tempat yang stategis dan teduh untuk melakukan pembelajaran agar siswa
merasa nyaman dalam melakukan pembelajaran. Sedangkan perbaikan yang dilakukan
pada siklus III adalah menginformasikan hal-hal yang belum dimengerti siswa lebih jelas
dan mendetail serta memperjelas pertunjuk-petunjuk yang dicantumkan dalam
melaksanakan pembelajaran. Seseorang yang aktif tidak akan puas dengan apa yang
diperoleh, maka dia akan selalu berusaha mencari jalan pemecahannya. Penyelesaian
mengatasi kekurang puasan pada dirinya menyebabkan seseorang menggunakan cara
tertentu untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang ada. Cara itu misalnya: selalu
bertanya mencari informasi, membaca buku, mengikuti kegiatan pelajaran dengan
sungguh-sungguh.
Siswa yang selalu bertanya baik pada diri sendiri maupun pada orang lain
membabkan mempunyai daya pikir serta pandangan yang luas. Siswa yang mempunyai
keaktifan tinggi dalam segala hal selalu menghendaki pembuktian yang logis, tidak terlepas
dari fakta dan bukan jawaban yang merupakan dugaan saja. Maka pada diri siswa dituntut
kemampuan bewrfikir ilmiah, hal mana tentu tergantung dari kematangan, pengalaman dan
pengetahuan siswa.Untuk bisa memahami dan mengerti isi pelajaran diperlukan perhatian
terkonsentrasi, mencatat hal-hal yang perlu saja, bertanya dan mengajukan masalah
kedalam dirinya serta menanggapi secara aktif masalah-masalah yang terjadi
disekitarnya.Selain faktor diatas, guru juga dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar
siswa. Menurut Sardiman dalam proses pembelajaran, guru dapat berperan sebagai
fasilitator dan motivator. Sebagai fasilitator, guru memberikan fasilitas atau kemudahan
dalam proses belajar mengajar, misalnya dengan menciptakan suasana kegiatan belajar
yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa sehingga interaksi belajar
mengajar akan berlangsung secara efektif. Sebagai motivator guru harus dapat merangsang
dan memberikan dorongan serta kekuatan untuk menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan
daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.
Variasi dalam proses pembelajaran sangat diperlukan karena tidak ada satu
pendekatan pembelajaran yang tepat digunakan untuk menjelaskan semua konsep PKN.
Untuk menjelaskan konsep Gejala Alammaka pembelajaran di luar kelas dengan
memanfaatkan halaman sekolah sebagai media pembelajaran PKN sesuai dengan karakter
konsep Gejala Alam. Pembelajaran di luar kelas dengan memanfaatkan halaman sekolah
sebagai media pembelajaran PKN juga sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu KTSP yang
Vol. 1, No. 2, Juli 2020
p-ISSN 2798-4125; e-ISSN 2798-4311
85 glosains.greenpublisher.id
mengaplikasikan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yang didalamnya
mempunyai tujuh komponen, yaitu :
konstruktivisme (Contructivism),
menemukan (Inquiri),
bertanya (Questioning),
masyarakat belajar (Learning Community),
pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection) dan
penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment).
Pembelajaran di luar kelas memberikan banyak pengalaman baru. Pengalaman baru
tersebut misalnya, belajar sambil bekerja, bekerja untuk menyelesaikan tugas secara
berkelompok, suasana di luar kelas lebih santai, menarik dan tidak membosankan serta
siswa berani bertanya, menjawab dan adu argumentasi ketika berdiskusi di luar kelas.
Siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan yang diciptakan secara alamiah. Belajar akan
lebih bermakna jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan
mengetahuinya. Bila pembelajaran di luar kelas di halaman sekolah diterapkan dengan
benar, diharapkan siswa akan terlatih untuk dapat menghubungkan apa yang diperoleh di
kehidupan nyata yang ada di lingkungannya dengan di dalam kelas.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian, analisa data dan pengujian hipotesis yang telah penulis
laksanakan terhadap siswa Kelas V SD Negeri Ajung 01 Kecamatan Kalisat, dapat diambil
kesimpulan bahwa Pembelajaran PKN luar kelas di luar kelas atau di halaman sekolah
pada pembelajaran PKN mampu meningkatkan hasil belajar siswa Materi mengenal fungsi
pancasila sebagai perekat persatuan bangsa, dengan peningkatan rata-rata nilai sebagai
berikut nilai aspek Pengetahuan pada siklus I, II dan III berturut-turut sebesar 71,67; 77,37
dan 79,07. Serta aspek Keterampilan sebesar 66,42; 75,40 dan 79,95. Juga adanya
Peningkatan Prosentase Ketuntasan, Prosentase Ketuntasan aspek Pengetahuan pada siklus
I, II dan III berturut-turut sebesar 70,00%; 76,67% dan 90,00%, serta Prosentase
Ketuntasan aspek Keterampilan sebesar 56,67%; 76,67% dan 96,67%.
Bibliografi
Dewi, Ni Ayu Krisna, Zukhri, Anjuman, & Dunia, I. Ketut. (2014). Analisis faktor-faktor
penyebab anak putus sekolah usia pendidikan dasar di Kecamatan Gerokgak tahun
2012/2013. Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha, 4(1).
Faizah, Silviana Nur, & Khairiyah, Ummu. (2019). EFEKTIVITAS MEDIA
MINIDIORAMA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA. Prosiding Seminar
Nasional LP3M, 1, 249252. Jakarta.
Fatmawati, Rahma, & Rozin, Muchammad. (2018). Peningkatan Minat Belajar Siswa
dengan Menggunakan Metode Ceramah Interaktif. Journal Focus Action of Research
Mathematic (Factor M), 1(1).
Inah, Ety Nur. (2015). Peran komunikasi dalam interaksi guru dan siswa. Al-TA’DIB:
Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, 8(2), 150167.
Irawati, Isrohli. (2012). CTL dalam Pembelajaran Ilmu Sosial sebagai Pendukung
Pendidikan Karakter di Indonesia. SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, 9(2).
Jannah, Fathul. (2015). Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual dalam
Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran di Sekolah Dasar. -, 1(2), 1924.
Junaidi, Herman. (2016). Strategi Pembelajaran PAI dengan Metode Outing Class untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SDN Plalangan 01 Kalisat Tahun
Pelajaran 2015-2016. Jawa Timur: IAIN JEMBER.
Fungsi Pancasila Sebagai Perekat Persatuan Bangsa
Dengan Efektifitas Kegiatan Belajar Di Luar Kelas
Glosains: Jurnal
Global Indonesia
Rachmadi 86
Muslih, Muhammad. (2016). Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Lingkungan Sekolah
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 6 SDN Limbangan. Syntax Literate; Jurnal
Ilmiah Indonesia, 1(4), 4150.
Putri, Restuning Ropika. (2012). PEMANFAATAN HALAMAN SEKOLAH SEBAGAI
MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA. JURNAL BIOSHELL, 1(1).
Ridwan, Muhammad, Mursyid, Mursyid, & Ulfah, Siti Maria. (2018). PENERAPAN
STRATEGI PEMBELAJARAN OUTING CLASS UNTUK MENINGKATAN
KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI PADA MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III DI MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL
IHSAN TELANAIPURA KOTA JAMBI. jambi: UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Sahabuddin, Chuduriah. (2016). Hubungan Komunikasi Belajar Mengajar terhadap Hasil
Belajar Peserta Didik di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Kabupaten Majene.
Pepatudzu: Media Pendidikan Dan Sosial Kemasyarakatan, 10(1), 1730.
Salay, Rahila. (2019). Perbedaan Motivasi Belajar Siswa yang Mendapatkan Teacher
Centered Learning (TCL) Dengan Student Centered Learning (SCL).
Saputro, Khamim Zarkasih. (2018). Memahami ciri dan tugas perkembangan masa remaja.
Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, 17(1), 2532.
Sari, Putri Novita. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kemampuan
Sosialisasi Pada Anak Usia 5 Tahun Di TK Teratai Palembang. Palembang:
Universitas Katolik Musi Charitas.
Subardiyono, PIPS, & Salamah, PIPS. (2015). PENINGKATAN SIKAP PEDULI
LINGKUNGAN, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, DAN HASIL BELAJAR IPS
MELALUI SCIENTIFIC METHOD.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-
ShareAlike 4.0 International License.